It’s Playtime! How To Not Ruin Your Holiday
Dalam dua artikel sebelumnya, kita sudah membahas tentang gimana caranya bikin passport dan apa aja yang perlu dipersiapkan untuk pergi liburan. Waktu harinya liburan tiba, pastinya semua excited dong untuk pergi jalan-jalan. Sialnya, biasanya pasti ada aja sesuatu yang terjadi selama liburan yang di luar rencana kita. Shit happens, guys! It just happens. No matter how hard we try to avoid it.
Kali ini, gue mau cerita pengalaman-pengalaman suwe gue selama liburan supaya lo semua bisa belajar dari pengalaman gue itu dan mencegahnya terjadi.
Let’s start!
Shit #1: Lost Baggage
Ini kejadian waktu gue terbang dari Bali ke Lombok waktu honeymoon pula! Jadi ceritanya waktu itu sistem bagasi di Bandara Ngurah Rai Bali lagi ada kerusakan. Jadi entah gimana ceritanya, bagasi gue gak bisa sampai di pesawat tepat waktu. Akhirnya, waktu gue sampai di Lombok, sekian lama nungguin bagasi keluar, sampai semua tas sudah habis dari belt, koper gue masih enggak nongol juga.
Emosi dong! Gue lagi honeymoon! Please… I need my clothes! I need my scented soap! Don’t ruin my honeymoon!
Gue datangin lah counter Garuda di bandara Lombok. Dan ternyata bukan cuma gue doang yang lagi suwe saat itu. Banyak juga orang lain yang bagasinya enggak sampai. Semuanya ngomel-ngomel. Ada yang minta ganti rugi, ada yang bentak-bentak. Chaos!
Waktu itu untungnya gue lagi punya kartu Garuda Miles Silver (– well, salah satu keuntungan pernah kerja jadi expat). Dan yang gue lakukan cuma nunjukin kartu itu ke petugas, dan minta bagasi gue diantar ke hotel secepatnya. Dan tolong dijadikan prioritas!
Akhirnya, gue tinggalin bandara hanya dengan menenteng koper kecil yang gue bawa di kabin. Sedih! Gue gak bawa baju ganti di situ. Karena gue pikir cuma penerbangan pendek, gak mungkin terjadi apa-apa kan?! Tetot!! Salah besar.
Sekitar jam 10 malam akhirnya petugas Garuda datang mengantar koper gue ke hotel sambil minta maaf. Baru deh akhirnya gue bisa ganti baju juga setelah berjam-jam nungguin itu koper. Kesal rasanya sama si petugas. Tapi memang bukan kesalahan dia. Apa boleh buat. Mood honeymoon sempat rusak sesaat deh gara-gara insiden ini.
[pw_box color=”green” float=”center” text_align=”left” width=””]Lesson learned: Gak peduli sesingkat apapun perjalanan lo, seprofesional apapun airline yang lo pilih, bahkan kalau lo udah punya kartu miles Gold atau Platinum sekalipun, selalu bawa satu baju cadangan ke dalam kabin. Remember, shit happens! So it’s better to be prepared than to ruin your playtime just because of it.[/pw_box]
Shit #2: Wrong Choice of Clothes
Waktu itu gue lagi jalan-jalan ke Jepang di sekitar bulan Mei. Gue browsing di internet, katanya bulan Mei di Jepang itu udah masuk ke summer. Oh, okay! Summer! Lots of sun. Hot weather. Berarti gak usah bawa celana panjang banyak-banyak. Bawa tank top aja supaya gak gerah. Jaket juga gak perlu yang terlalu tebal.
Maka berangkatlah gue ke Jepang dengan berbekal banyak baju-baju kutang dan hot pants. Waktu itu gue sampai di Jepang malam hari. Udaranya dingin sih. Tapi ini kan malam hari. Siang mungkin baru panas.
Okay, hari kedua. Gue keluar dengan salah satu kaos gue dan celana pendek. Loh, kok masih dingin sih? Ah mungkin karena masih pagi. Siang mungkin baru panas.
Tapi ternyata bahkan sampai malam sekalipun, cuacanya gak ada apa-apanya dibandingkan Jakarta. Dinginnya kayak di Lembang. Bahkan di malam hari anginnya kencang dan dingin.
Seketika gue merasa udah ditipu sama internet. Apanya yang summer?! Summer kok dingin begini?!
Ternyata, bulan Mei waktu itu adalah peralihan dari spring ke summer. Jadi memang sudah mau summer, tapi belum panas selayaknya musim panas. Oh damn!
Akhirnya gue terpaksa bertahan dengan baju-baju summer gue di tengah udara spring masih galau beralih ke summer. Mau gak mau gue jadi pakai baju tank top dilapis cardigan tipis seadanya. Dan beberapa baju tangan panjang yang memang sengaja gue bawa buat dipakai di Fuji. Haha!
[pw_box color=”green” float=”center” text_align=”left” width=””]Lesson learned: Lakukan riset yang teliti tentang cuaca kalau lo mau liburan ke luar negeri, terutama kalau negeri yang lo datangin adalah negara dengan 4 musim. Kalau perlu, tanya sejelas-jelasnya ke orang yang tinggal di sana kalau lo punya teman yang tinggal di sana. Jangan sampai lo jadi saltum kayak gue cuma gara-gara salah info ya. Haha![/pw_box]
Shit #3: Muscle Pain
Masih waktu perjalanan gue ke Jepang. Dari sebelum berangkat, gue dan teman-teman seperjalanan udah tahu kalau ke mana-mana harus naik MRT di Jepang. Semua informasi harus naik di station apa, jam berapa dan turun di station apa udah kami tulis dengan lengkap di itinerary. Jadi gue pikir kami sudah memiliki bekal yang cukup buat jalan-jalan berkeliling Jepang.
Ternyata, ada 1 hal yang kurang gue persiapkan. Latihan fisik. Karena keliling kota naik MRT, artinya ke mana-mana juga jalan kaki. Beda banget sama gaya hidup gue di Jakarta yang ke mana-mana naik mobil dan waktu itu sehari-hari cuma duduk doang di depan komputer di kantor.
Alhasil, baru hari kedua gue di Jepang, otot gue udah sakit dari pundak sampai ke kaki. Damn! I worked it too hard! Sampai-sampai rasanya waktu tidur tuh gerak sedikit aja sakit banget. Painful. Sedih banget deh.
Untungnya setelah istirahat cukup, otot-otot gue melemas lagi. Dan setelah dipacu begitu keras di awal liburan, di hari-hari berikutnya badan gue mulai menyesuaikan diri dan jadi lebih kuat dibawa jalan jauh. Jadi gue masih bisa tetap menikmati sisa liburan gue di sana.
[pw_box color=”green” float=”center” text_align=”left” width=””]Lesson learned: Jangan lupa untuk melakukan sedikit latihan fisik sebelum hari keberangkatan lo. Apalagi kalau lo berencana pergi ke tempat-tempat yang ekstrim (– kayak mendaki gunung) atau tempat-tempat yang harus dijangkau dengan transportasi umum yang jauh. Persipakan badan lo untuk perubahan lifestyle selama beberapa hari supaya badan lo enggak kaget dan liburan lo tetap menyenangkan.[/pw_box]
Shit #4: Tickets Shortage
Ini baru aja kejadian di Singapore. Jadi ceritanya gue pergi ke sana untuk nonton sebuah acara. Gue udah mempersiapkan baju yang cocok dipakai ke sana dan berdandan sedikit supaya lebih rapi. Semua tiket sudah dibawa, beserta semua perlengkapan kebutuhan bayi yang kira-kira bakal dibutuhkan.
Sesampainya di gerbang pengecekan tiket, tiba-tiba gue gak diizinkan masuk sama petugas karena katanya tiket gue kurang. Gue bingung. Gue masuk bareng seorang teman gue dan gue menyerahkan tiga tiket. Apanya yang kurang?
And to my disbelief, that guy point to my tiny cute baby and said, “All need tickets regardless of age.”
What?!!! Bayi sekecil ini aja udah ditagih tiket? Full price pula? Are you kidding me?!
Ok deh. Harga tiketnya memang gak murah. Dan kalau gue tahu si kecil harus bayar tiket full price mungkin gue lebih memilih buat batal nonton aja. Tapi masalahnya, tiket ini udah gue beli online berminggu-minggu sebelum gue pergi nonton lewat website official acara itu. Dan gak ada satu pun peringatan yang ditulis tentang umur minimum anak yang perlu dibeliin tiket. Yang mana biasanya peringatan macam begini ditulis besar-besar sebelum pembayaran. Kecewa berat!
Akhirnya teman gue mengalah dan beli tiket baru di tempat yang artinya kita jadi gak bisa duduk barengan selama acara. Dia terpaksa jadi nyempil duduk sendirian. Ngeselin banget kan!
[pw_box color=”green” float=”center” text_align=”left” width=””]Lesson learned: Selalu teliti batasan umur kalau beli tiket pertunjukan untuk anak. Ada show yang enggak mengizinkan anak-anak masuk sama sekali. Ada yang kasih batasan umur. Ada yang matre – kayak acara yang gue datangin ini – yang bahkan menagih tiket untuk bayi baru berumur beberapa bulan sekalipun. Jadi kalau sampai gak ada keterangan pasti yang tertulis di website tempat lo beli tiket, hubungi penyelenggara acara dan tanyakan ketentuan acaranya sampai lo dapat konfirmasi pasti dari mereka.[/pw_box]
Shit #5: Left by A Jet Plane
Ini adalah salah satu pengalaman gue yang paling menyebalkan!
Jadi ceritanya gue lagi berlibur ke Boracay. Itu adalah sebuah pantai di Filipina yang dicapai dengan naik pesawat dari Manila. Waktu itu gue pakai jasa sebuah travel agent lokal untuk mengantar gue dengan selamat sampai ke pantai Boracay. Perjalanan berangkat ke sana berjalan dengan mulus tanpa ada gangguan apapun. Tapi perjalanan pulang ke Manila jadi sebuah perjalanan yang mirip adegan di film The Fast and The Furious.
Perjalanan untuk kembali ke Manila dari Boracay sebenarnya cukup rumit. Gue harus naik kapal dari Pantai Boracay ke pulau yang lebih besar yang ada bandaranya. Lalu dari pelabuhan itu, gue harus menempuh perjalanan selama beberapa jam untuk sampai ke bandara. Karena ada kendala bahasa, dan gak ngerti tata cara orang lokal di sana, gue memilih pakai jasa travel agent lokal tersebut.
Travel agent gue tahu jadwal penerbangan pesawat yang gue pakai untuk kembali ke Manila. Dan memang tugas mereka untuk mengantar gue sampai ke bandara tepat waktu supaya gue gak ketinggalan pesawat. Bodohnya, waktu gue sampai di pelabuhan, mereka meminta kami untuk duduk di dalam mobil – semacam mobil travel gitu deh. Waktu itu gue pikir ini mobil akan berangkat segera. Dan waktu itu masih ada sisa waktu sekitar 1 jam ditambah perjalanan ke bandara sampai jadwal keberangkatan pesawat gue. Jadi harusnya sih aman.
Konyolnya, mobil travel itu gak berangkat-berangkat juga. Setelah nungguin sampai 1 jam lebih, dia masih gak jalan juga. Berkali-kali kami tanya ke orang-orang di sana kapan mau jalan? Dan mereka cuma jawab, “Soon.” Tapi kenyataannya enggak. Akhirnya , setelah beberapa orang lagi masuk ke dalam mobil dan mobil itu penuh, baru deh mereka jalan. Dan baru gue sadar, ini mobil sistemnya kayak angkot. Nunggu penuh dulu baru jalan. Dan karena butuh waktu lama banget buat penuh, mereka baru jalan sejam lebih kemudian, yang artinya gue terancam ketinggalan pesawat.
Akhirnya begitu mobil itu jalan, gue peringatin si sopir untuk ngebut. Dia pun berusaha nyetir secepat mungkin. Tapi akhirnya tetap aja gue ketinggalan pesawat. Dan terpaksa beli tiket pesawat yang baru lagi untuk balik ke Manila. Damn it!
[pw_box color=”green” float=”center” text_align=”left” width=””]Lesson learned: Waspadalah selalu sama tata cara lokal di tempat lo berada. Never take anything for granted. Gue terlalu percaya bahwa travel agent gue ngerti apa yang dia lakukan dan akan mengantar gue dengan tepat waktu ke bandara. Ternyata mereka malah ninggalin gue di mobil travel itu tanpa perantara untuk komunikasi yang akhirnya bikin gue ketinggalan pesawat. Seharusnya gue gak biarin travel agent itu pergi sampai gue yakin itu mobil berangkat. Meskipun akhirnya gue komplain keras soal ini ke mereka setelahnya, dan mereka akhirnya gantiin biaya tiket pesawat kedua gue, tetap aja mereka sudah merusak acara liburan gue. Lain kali, lebih baik mencegah daripada menyesal, ya kan?![/pw_box]
Itu dia cerita kejadian-kejadian gak menyenangkan waktu liburan yang pernah gue alamin. Mengalami itu semua, satu hal yang pasti dalam liburan: shit happens!
So what we should do when shit happens? Just enjoy the shit! LOL!
Menurut gue itu adalah pelajaran terbesar yang bisa diterapkan dalam setiap liburan kita. Apapun yang terjadi, kalau udah kejadian, ya udah nikmatin aja biar sisa liburan bisa tetap menyenangkan. Mau sekacau apapun acara liburan itu, tetap aja kita pasti pulang membawa kenangan-kenangan baru yang bisa memperkaya diri kita. Jadi jangan kebawa sedih cuma karena ada satu-dua hal yang merusak acara liburan. Karena masih ada puluhan hal menyenangkan lainnya yang bisa kita bawa pulang.
Spread love,
hiLda
PS: Lo punya cerita konyol selama liburan? Ceritain dong di comment section di bawah. Cheers! ?