Learning Business from Itaewon Class
Itaewon Class adalah salah satu K-Drama original Netflix yang lagi booming saat ini. Gimana enggak?! Dengan perpaduan cast yang apik, script cerita yang penuh twist gak terduga, dan ditambah kondisi semua orang yang lagi self quarantine karena COVID-19! Jadilah gak ada lagi yang lebih menarik buat dilakuin selain nonton Netflix. Dan drama yang satu ini adalah salah satu yang paling sering nongol di banner Netflix gue.
Maka akhirnya dua minggu yang lalu, gue (– seperti semua orang lainnya) nge-klik juga judul serial ini yang terus ditampilin di homepage Netflix gue. Episode awal cukup menarik perhatian. Dan semakin jauh gue nonton, gue semakin terbawa ke alur cerita pembalasan dendam Park Sae Ro Yi yang rasanya mustahil. Seorang anak DO, bahkan ex-napi, bertekad menghancurkan seorang CEO perusahaan raksasa. Udah kayak Daud yang melawan Goliat. Apakah dia sanggup?
Well, gue gak mau kasih spoiler dulu. Karena kali ini gue enggak mau ngebahas tentang cerita serial ini. Tapi gue lebih tertarik untuk menarik beberapa pelajaran bisnis berharga yang ditampilkan Sae Ro Yi di kisah ini. Buat lo semua yang juga sedang merintis bisnis, pelajari baik-baik semua langkah yang dilakukan Sae Ro Yi yang memampukan dia mengubah Dan Bam dari pub kecil menjadi perusahaan besar. Gue rangkum tiga pelajaran yang paling berharga di sini. Check it out!
!! MAJOR SPOILER ALERT !!
ONLY PROCEED IF YOU’RE SURE THIS IS WHAT YOU WANT TO DO
1. Relationships Worth More Than Money
Kita sering beranggapan bahwa kalau kita gak punya duit, kita gak bisa apa-apa. Itu salah guys! Kenapa? Karena Sae Ro Yi pun awalnya enggak punya apa-apa. Litterally nothing. Dia baru keluar dari penjara. Dia gak punya duit yang cukup berarti untuk bisa bikin dia dilirik sama siapapun. Dia bercita-cita bikin pub. Tapi dia gak akan mampu menggaji chef terkenal, manager yang berpengalaman atau membangun gedung yang megah. Yang bisa dia lakukan hanya menggunakan apa yang dia punya: relasi.
Tapi bukan hanya sekedar relasi biasa. Relasi yang Sae Ro Yi bangun adalah sebuah relasi yang deep banget. Dia adalah seorang dreamer yang biasanya akan dicaci karena gak realistis. Tapi dia yakin sama orang-orang pilihannya. Dia memilih dengan selektif kepada siapa dia harus menginvestasikan kepercayaannya. Dan ajaibnya orang-orang itu pun mau mengabdikan diri kepadanya. Yang mana membawa kita kepada poin yang kedua.
2. Character is Everything
Sae Ro Yi bukan orang yang “bersinar”. Malah orang seperti dia biasanya akan dianggap sebagai sampah masyarakat karena ex-napi dan gak lulus SMA. Tapi kenapa orang-orang ini mau jadi anak buahnya? Jawabannya cuma satu: karena Sae Ro Yi punya karakter yang luar biasa kuat dan mampu membangun orang-orang yang ada di sekitarnya. Catat ya! Kata kuncinya: membangun!
Sae Ro Yi sangat benci pada bully. Karena seorang bully selalu menghancurkan orang-orang di sekitarnya baik disadari atau enggak. Maka dia selalu mengambil pendekatan yang berbeda. Ketika dia sudah menginvestasikan kepercayaannya kepada seseorang, dia benar-benar menaruh keyakinan pada orang itu. Sehingga orang ini pun berkembang menjadi lebih baik.
Menurut gue, adegan yang paling mencolok adalah ketika Sae Ro Yi malah memberikan gaji dua kali lipat pada Ma Hyun Yi meskipun masakannya enggak enak. Itu kelihatan kayak tindakan yang bodoh. Tapi ternyata Ma Hyun Yi yang diberikan kepercayaan lebih malah termotivasi untuk bekerja lebih baik sampai akhirnya dia menjadi juara lomba masak. Kepercayaan Sae Ro Yi mengubahnya dari chef abal-abal menjadi chef profesional yang diakui orang banyak. Isn’t that amazing?! Oh, how I wish I had a leader that would treat me that way!
3. Dream Team!
Dan Bam hanya akan tetap menjadi sebuah pub biasa yang gak laku kalau Sae Ro Yi enggak punya tim yang solid. Dengan relasi yang dalam dan karakter yang kuat, dia mampu mengubah orang-orang biasa di sekitarnya menjadi orang-orang hebat. Dan itu memang bukan pekerjaan yang mudah. Juga enggak cepat. Dia rela mengambil langkah pelan di awal untuk membentuk tim impiannya yang kuat, supaya bisa berlari di akhir dan mencapai tujuannya.
Dia juga bisa memotivasi mereka untuk bersama-sama mencapai sebuah visi yang cuma bisa dia lihat di dalam kepalanya. Mereka enggak pernah bisa melihat apa yang Sae Ro Yi lihat di dalam kepalanya. Tapi dengan telaten, mereka melakukan bagian mereka untuk bisa mewujudkannya.
Dengan leadership Sae Ro Yi, strategic thinking Jo Yi Seo dan eksekusi Ma Hyun Yi dan Choi Seung Kwon di lapangan, mereka bersatu menjadi sebuah dream team yang mampu mengubah Dan Bam menjadi IC Corporation. Dan ketika sebuah bisnis sudah memiliki tim inti yang solid seperti ini, mereka bisa menaklukkan apa saja.
So… It’s time to answer the biggest question. Mampukah Sae Ro Yi menumbangkan Jang Dae Hee, sang raksasa yang telah menghancurkan hidupnya? Mampukah seorang Daud mengalahkan Goliat? Jawabannya: TENTU BISA!
Sedikit out of topic dulu. Karena baru-baru ini gue baca buku Malcolm Gladwell yang judulnya David & Golliath. Di situ diceritakan bahwa kemampuan Daud yang kecil untuk mengalahkan Goliat yang raksasa sebenarnya adalah sebuah kepastian. Bukan karena kebetulan atau keajaiban. Nyatanya, Goliat yang berbadan besar dan bersenjata lengkap dengan tameng yang berat sebenarnya bersiap untuk menghadapi pertarungan satu lawan satu dalam jarak dekat. Sementara Daud yang bersenjatakan ketapel itu seperti seorang sniper yang membidik raksasa. Jadi sudah pasti Goliat kalah!
Dalam kisah Itaewon Class, kurang lebih Sae Ro Yi itu seperti Daud. Seorang kuda hitam yang enggak disangka-sangka muncul menjadi pemenang. Dia berkelit ke sana kemari untuk menjatuhkan Jang Dae Hee dengan berbagai cara. Tapi menurut gue, ada satu hal yang memastikan kehancuran Jang Dae Hee. Yaitu keyakinannya bahwa semua orang bisa dibeli dengan uang.
Dia pikir dia bisa melakukan segalanya karena dia kaya raya. Padahal pada akhirnya, dia ditikam oleh orang yang dia pikir bisa dia percayai. Tapi nyatanya dia HANYA menginvestasikan uang pada orang itu. Bukan kepercayaan. Bukan pertumbuhan. Bukan kebijaksanaan. Hanya uang. Sebuah lembaran kertas yang hari ini ada tapi besok bisa menghilang begitu saja.
Jadi, Jang Dae Hee yang memuja uang berhadapan dengan Sae Ro Yi yang didukung orang-orang di sekitarnya dan siap mati untuknya? Sudah pasti Jang Dae Hee yang kalah. Sama pastinya Goliat yang berbadan besar dan sulit bergerak akan kalah menghadapi hantaman batu kerikil yang seperti peluru pistol di tangan Daud yang cekatan.
Thanks for reading this! Kalau kamu suka sama artikel ini, jangan lupa untuk share ke teman-teman kamu ya!
Leave your comment below. Dan follow juga Instagram @just.hilda untuk selalu dapat update terbaru dari blog Just Hilda. Jangan lupa share artikel ini ke teman-teman kamu juga ya!