4 Reasons Why We Love Emily
Bonjour! Bulan Oktober yang lalu, Netflix merilis serial baru berjudul Emily In Paris. Serial yang ringan dan menarik ini bercerita tentang Emily, seorang wanita muda yang bekerja di sebuah perusahaan periklanan Amerika, yang pindah kerja ke Paris karena perusahaannya mengakuisisi sebuah perusahaan di sana. Sebenarnya, bukan Emily yang seharusnya pergi ke Paris melainkan bosnya. Tapi karena ternyata sang Ibu Bos tiba-tiba hamil, Emily lah yang harus menggantikannya. Jadi kebayang dong, gimana gak siapnya Emily untuk pergi ke Paris. Tapi dengan sifatnya yang optimis dan can do attitude, dia pun menerima tantangan itu dan pergi menggantikan bosnya. Yang berujung pada petualangan baru yang seru di sebuah negeri yang dia enggak kenal.
Ada banyak hal yang menarik dari serial ini. Buat gue, yang paling gue suka adalah setiap episode-nya yang hanya berdurasi sekitar 30 menit. Jadi singkat, padat dan jelas banget setiap alur ceritanya tanpa ada adegan yang sia-sia.
Selain itu, kita juga diperkenalkan dengan karakter Emily yang lucu, fresh dan menyenangkan. Ada banyak hal pastinya yang bikin kita jatuh cinta sama Emily: gaya fashion-nya yang keren selalu di setiap episode, Lily Collins yang memerankannya dengan perfect atau mungkin semua cowok yang jatuh bertelut di hadapannya karena segitu amazing-nya Emily ini. Tapi di luar itu semua, ada 4 karakter Emily yang menurut gue bisa banget kita adaptasi dalam kehidupan sehari-hari kita, supaya kita sendiri bisa kecipratan amazing-ness-nya. Apa aja itu? Baca sampai habis ya!
1. She Always Bounce Back
Seperti sebuah bola basket, ketika dilempar ke bawah Emily selalu memantul kembali ke atas. Kehidupan awalnya di Paris tidak berjalan dengan mulus. Dia enggak bisa bahasa Perancis, bosnya enggak suka sama dia, bahkan para koleganya memberikan dia nama julukan “La Plouc” yang artinya ngatain dia norak.
Tapi apa yang dia lakukan ketika dia mengalami itu semua? Dia enggak nangis di pojokan atau merengek meratapi nasib buruknya. Melainkan dia melawan semuanya itu dengan berani. Dia belajar Bahasa Perancis sebaik mungkin. Dia berusaha sekeras mungkin untuk membuat bosnya, Sylvie, menyukai dia dan menghargai keberadaannya dan kemampuannya. Bahkan dia melawan mereka yang ngatain dia “La Plouc” dengan gayanya yang cuek dan berani. Yang akhirnya bikin koleganya lebih menghargainya dan menerimanya.
2. She Speaks Her Mind
Emily sadar betul bahwa kehadirannya di Savoir adalah untuk membawa perspektif America ke sebuah agensi marketing Perancis. Dan membawa sebuah perspektif baru itu jelas enggak gampang. Semua idenya ditolak, atau paling enggak disambut dengan pesimisme dan sentimen negatif di awalnya. Gak peduli se-fresh apapun dan sebagus apapun ide Emily sebenarnya, bosnya selalu memandang rendah semua hasil karyanya.
Butuh keberanian yang besar dan kekeras-kepalaan yang amat sangat untuk bisa melawan itu semua. Kebanyakan orang ketika ditempatkan di posisi itu biasanya akan lebih memilih untuk ngikutin arus aja. Karena itu adalah pilihan yang mudah. Dan mengubah pandangan orang, apalagi mereka yang memang hidup dengan budaya yang berbeda – terlebih lagi adalah orang yang posisinya lebih tinggi daripada kita, adalah amat sangat sulit. Tapi pada akhirnya Emily berhasil mendapatkan apresiasi dari Sylvie. Ya, Emily memang keras kepala karena enggak mau ngikutin arus. Tapi itu semua terbayarkan ketika melihat bagaimana ide-ide barunya membawa perubahan yang besar di Savoir.
3. She Is Nice and Kind
Banyak serial America yang membuat karakter utama wanita dengan sifat tough, fierce and a little bit rude. Misalnya Cookie Lyon di serial Empire atau Blair Waldorf di serial Gossip Girl. Seolah-olah, sikap seperti itulah yang diharapkan ada pada para wanita modern di Amerika sana. Seolah-olah menjadi seorang wanita yang nice and kind adalah sebuah kelemahan.
Emily proves them wrong. Karena berbeda dari mereka, Emily adalah seorang karakter America yang super nice dan baik hati. Ketika orang-orang bersikap enggak ramah padanya, dia membalas mereka dengan senyuman dan sikap yang positif. Tidak sekalipun dia mengumpat mereka dengan kasar atau membalas mereka dengan bentakan atau teriakan. Sekalipun dia kecewa atau marah, dia tetap menjaga perilakunya dan itulah yang membuat dia berhasil memenangkan respect dari para koleganya. Being nice is underrated. And Emily shows how it should be done in her own American way!
4. She Knows Her Worth
Kepindahan Emily ke Paris memang tiba-tiba dan di luar rencana. Jadi, enggak heran kalau kepindahannya membuat hubungan Emily dan kekasihnya jadi terancam. Awalnya mereka yakin mereka bisa menjalani hubungan jarak jauh. Tapi ternyata pacar Emily malah mengancam putus dan enggak mau datang ke Paris untuk mengunjunginya dan memberikan dukungannya.
You know what? Kalau gue dulu digituin sama pacar gue ketika seumur Emily, tanpa ragu gue pasti akan pulang demi memperjuangkan cinta gue (halah!!). Gue enggak akan mikir bahwa kurangnya usaha dari sang pacar adalah salah dia. Bahwa wajar dia meminta gue pulang karena gue lah yang meninggalkan dia. Dan gue yakin banyak dari kalian yang juga adalah – atau pernah jadi – bucin (alias budak cinta) akan melakukan hal yang sama. Haha! Pathetic right?!
Padahal, yang sebenarnya terjadi, bukannya Emily yang salah karena dia pengen berkembang. Bukan salahnya bahwa dia harus pergi meninggalkan pacarnya dan kota tempat tinggalnya untuk bisa menggapai cita-citanya. Sebenarnya, malah dia yang lebih mau berusaha dengan mempersiapkan kedatangan pacarnya di Paris untuk menunjukkan bagaimana kehidupannya di sana. Tapi yang dilakukan sang pacar malah ngambek, gak jadi pergi ke sana sama sekali dan minta putus. Betapa enggak suportifnya cowok itu, ya kan?!
She knows her worth. That’s why she decided to break up. Because she knows it wasn’t her fault that their relationship ended. And it wasn’t her fault to want to be better and have a life of her own. Dia tahu dia lebih berharga daripada apa yang sanggup diberikan oleh sang mantan. Dan kalau sang pacar memang enggak sanggup beradaptasi dengan amazing-ness-nya, bukan salahnya kalau dia memilih untuk melanjutkan langkah sendiri saja. Karena dia tahu dia bisa mendapatkan orang yang lebih baik yang dapat melihat seberapa berharganya dia sebenarnya.
Thanks for reading this! Kalau kamu suka sama artikel ini, jangan lupa untuk share ke teman-teman kamu ya!
Leave your comment below. Dan follow juga Instagram @just.hilda untuk selalu dapat update terbaru dari blog Just Hilda. Jangan lupa share artikel ini ke teman-teman kamu juga ya!
Spread love,