Satu lagi Series yang wajib kamu tonton di Netflix! Bridgerton yang diproduksi oleh Shondaland, produser banyak sekali tv show terkenal seperti Grey’s Anatomy, Scandal dan How To Get Awat with Murder. Series yang diangkat dari novel karya Julia Quinn ini bukan hanya memiliki storyline yang bagus banget, tapi juga diproduksi dengan gaya yang unik. Meskipun mengangkat tema cerita di abad ke-18, series ini menyelipkan beberapa musik pop yang dimainkan dengan gaya klasik oleh Vitamin String Quartet dalam beberapa adegannya. Didukung juga oleh perancang kostum pemenang Emmy Awards, Ellen Mirojnick, yang juga pernah menjadi perancang kostum untuk film The Greatest Showman (2017) dan Maleficent: Mistress of Evil (2019), bikin setiap episode serial ini sangat fashionable dalam gaya yang klasik dan menarik.

Terlepas dari betapa bagusnya dan layak ditontonnya serial yang satu ini, seperti biasa, gue mau mengupas beberapa pesan penting yang bisa kita petik dari serial Bridgerton ini. Ada 4 pesan penting tentang cinta yang dibawakan oleh 4 karakter wanita di cerita ini yang wajib kita ingat-ingat. Semua kutipan ini gue ambil dari episode finale-nya. Jadi, kalau lo belum nonton sampai habis, sebaiknya nonton dulu aja baru baca artikel ini sampai habis ya!

!! MAJOR SPOILER ALERT !!
ONLY PROCEED IF YOU’RE SURE THIS IS WHAT YOU WANT TO DO

Lesson #1: Miss Marina Thompson on Communication

All this time, he loved me. I thought him a villain. He was not.

Marina Thompson – Bridgerton: Season 1, Episode 8

Dalam sebuah relationship, hal yang paling penting adalah komunikasi. Ketika dua orang menjalin relasi, dua kepala ini ingin menjadi satu. Mereka saling mencari tahu apa yang diinginkan pasangannya, apa yang enggak si dia sukai, dan bagaimana cara membuat dia bahagia. Semuanya itu bisa kita ketahui jika kita berkomunikasi. Semakin banyak dan semakin lancar kita berkomunikasi dengan pasangan, maka semakin dalam pemahaman kita akan karakternya. Jadi kita semakin mengerti segalanya tentang dia.

Marina jatuh cinta pada Sir George. Tapi mereka berpisah dan pada suatu waktu Sir George berhenti membalas suratnya tepat setelah dia mengabari kehamilannya. Tentu saja ini bikin Marina salah paham. Selama ini dia berpikir George meninggalkannya karena dia hamil. Padahal ternyata George telah gugur di medan perang tanpa ada yang mengabarinya. Selama ini Marina berpikir George adalah orang yang jahat. Ternyata, selama ini dia mencintai Marina dan mau menikahinya dan membangun keluarga bersamanya – kalau saja dia ternyata enggak gugur di medan perang

Lesson learned: Akhir cerita mereka sangat tragis. Tapi bukan berarti kita enggak bisa belajar dari kesalahan Marina. Komunikasi dengan pasangan adalah hal yang sangat penting. Kesalahan kita yang paling sering terjadi adalah berpikir, “Ya harusnya dia ngerti lah! Kan kita udah lama pacaran/menikah!” Jangan berasumsi, Ladies! Jelaskan sejelas-jelasnya. Deskripsikan, berulang-ulang kalau perlu, apa yang kalian inginkan. Dan pastikan pesan yang kalian ingin sampaikan benar-benar didengar dan dipahami oleh dia. Bukan karena kita bawel, tapi karena kita enggak mau ada kesalahpahaman yang nyempil di dalam relasi kita. Make sense, right?!

Lesson #2: Miss Sienna Rosso on Self Image

That gentleman upstairs, he sees me for who I am. Unlike you, he does not wish for me to don some ridiculous gown and go with him to some absurd ball. He does not wish for me to change. And neither do I.

Sienna Rosso – Bridgerton: Season 1, Episode 8

Sienna hanyalah seorang wanita biasa. Dia adalah seorang penyanyi sopran yang menafkahi dirinya sendiri. Banyak pria yang memujanya, tapi hatinya jatuh pada Anthony Bridgerton. Seorang bangsawan yang tidak sederajat dengan dirinya.

Di era itu, dua orang yang tidak sederajat tidak mungkin bisa bersatu karena pandangan masyarakat yang kolot. Perbedaan derajat ini memang adalah masalah yang krusial dalam hubungan mereka. Meskipun Anthony mencoba untuk mengangkat Sienna ke kehidupan bangsawannya, ternyata Sienna menolak. Karena menurutnya, dia enggak bisa hidup sebagai seorang bangsawan. Dia enggak pengen berubah. Dan terlebih lagi, sebenarnya dia menjaga dirinya sendiri dengan menolak Anthony, di tengah himpitan kehidupan socialita yang akan mengancamnya jika dia menerima ajakan Anthony.

Lesson learned: Jangan pernah membiarkan diri kita kehilangan jati dirinya hanya demi sebuah hubungan percintaan. Gue setuju bila dalam sebuah hubungan kita harus berubah menjadi lebih baik. Tapi itu hanya boleh terjadi atas seizin diri kita sendiri. Bukan karena pasangan kita memintanya sementara kita sendiri tidak setuju dengan perubahan yang diminta tersebut. Kita bisa berubah, tapi jangan sampai kehilangan jati diri kita. Bila kita harus berubah hanya demi menyenangkan ego seseorang, akan lebih baik jika kita mencontoh apa yang Sienna lakukan, daripada kehilangan diri kita sendiri dalam ego pasangan kita.

Lesson #3: Lady Violet Bridgerton on Decision

We chose to love each other every single day. It is a choice, dearest, one that is never too late to make.

Violet Bridgerton – Bridgerton: Season 1, Episode 8

Daphne pada akhirnya sadar apa yang dilakukan Simon kepadanya. Dia merasa dikhianati dan sangat tersakiti. Mereka akhirnya sepakat untuk mengakhiri pernikahan mereka setelah acara pesta dansa yang mereka selenggarakan. Namun sebelum acara berlangsung, Daphne menyaksikan apa yang terjadi pada Marina dan mulai berpikir bahwa mungkin Simon tidak sejahat yang dia bayangkan. Tapi meskipun demikian, Daphne masih merasa sangat sulit untuk memaafkan Simon.

Di pesta dansa, Daphne bertemu dengan ibunya. Dia sangat terinsipirasi akan kehidupan pernikahan kedua orang tuanya yang saling mencintai sampai akhir. Saat itulah Lady Violet menegaskan, bahwa kehidupan pernikahan mereka bukannya tanpa tantangan. Mereka sanggup menjalani pernikahan mereka karena mereka memilih untuk mencintai setiap hari. Tidak peduli masalah apapun yang terjadi dalam kehidupan mereka.

Lesson learned: Mother Teresa pernah berkata, “Love until it hurts.” Meskipun ini adalah kutipan yang terdengar sadis (– atau mungkin romantis), kita memang selayaknya enggak menyiksa diri kita sendiri demi cinta. Meskipun demikian, enggak bisa dipungkiri bahwa yang namanya mencintai pasti akan terasa menyakitkan kadang-kadang. Terutama ketika kepentingan kita dan kepentingan pasangan bertentangan. Di saat itulah kita perlu menurunkan ego kita. Meskipun mungkin menyakitkan, supaya sebuah relasi dapat terus berlanjut, kedua belah pihak harus sepakat untuk bertemu di tengah-tengah. Kedua belah pihak perlu memutuskan untuk memilih cinta daripada kepentingan pribadi. Karena kalau hanya satu orang yang kepentingannya terpenuhi sementara yang lainnya terabaikan, relasi itu akan menjadi enggak sehat dan lama-lama akan hancur berantakan. Dan ingat ya, memilih adalah kata aktif. Jadi perlu tindakan dan keputusan dari kita masing-masing untuk memilih cinta ketimbang ego kita sendiri.

Lesson #4: Duchess Daphne Bridgerton on Perfection

Just because something is not perfect, does not make it any less worthy of love. Your father made you believe otherwise. He made you believe that you needed to be without fault in order to be loved, but he was wrong.

Daphne Bridgerton – Bridgerton: Season 1, Episode 8

Simon bersumpah untuk tidak pernah memiliki keturunan agar garis keturunan keluarganya tidak berlanjut. Karena itulah hal yang paling diinginkan ayahnya. Dan dia sangat membenci ayahnya karena apa yang dia lakukan padanya di masa kecilnya. Ayah Simon tidak pernah mencintainya. Sekeras apapun dia berusaha membuktikan dirinya bahwa dia layak dicintai, ayahnya tidak pernah menyayanginya dengan tulus. Satu-satunya yang dipedulikan ayahnya adalah kelanjutan garis keturunannya dan gelar bangsawan yang dimilikinya.

Daphne mengetahui perkara ini pada akhirnya. Dia mengerti kenapa Simon membuat keputusan yang seakan sangat ceroboh dan membuat kerusakan parah dalam rumah tangga mereka. Ketika dia jujur pada dirinya sendiri, dia sadar bahwa rasa cintanya pada Simon jauh lebih besar daripada kemarahan yang diakibatkan Simon kepadanya. Dan dia menyadarkan Simon bahwa sumpah yang dia buat dulu, pada orang yang sekarang sudah enggak ada di dunia ini lagi, enggak seharusnya merusak masa depan mereka. Daphne mau mencintai Simon, separah apapun masa lalunya, dan serusak apapun dirinya di dalam. Karena seseorang enggak perlu menjadi sempurna untuk bisa dicintai. Dan itulah yang mebuat Simon akhirnya mengubah pendiriannya dan mengubah cara hidupnya.

Lesson learned: Gue rasa bukan cuma gue doang yang pernah merasa begini: bahwa gue enggak layak dicintai karena gue enggak sempurna. Butuh waktu bertahun-tahun buat gue mengubah cara pandang ini. Untuk mengembalikan kepercayaan diri gue bahwa gue layak dicintai meskipun gue enggak sempurna. Karena sempurna bukanlah prasyarat untuk dicintai. Tapi karena kita dicintai, kita bisa berubah menjadi lebih baik. Kita bisa menjadi “sempurna” karena kita dicintai. Tapi kita enggak perlu jadi sempurna untuk bisa dicintai.

Gimana menurut kalian? Apa ada pesan-pesan inspiratif lain yang kalian dapat dari serial Bridgerton? Yuk, bagiin di kolom comment di bawah! Dan mari kita sama-sama bersabar menunggu season 2 nya dirilis ya.

Thanks for reading this! Kalau kamu suka sama artikel ini, jangan lupa untuk share ke teman-teman kamu ya!

Leave your comment below. Dan follow juga Instagram @just.hilda untuk selalu dapat update terbaru dari blog Just Hilda. Jangan lupa share artikel ini ke teman-teman kamu juga ya!

Spread love,