This movie has become a big hit!

Kalau lo suka Cinderella, lo pasti suka juga film yang satu ini. Tapi jangan samakan Cinderella dengan Rachel Chu. She is an Asian Cinderella. Meaning that she doesn’t throw down evil queen just by singing and be kind. But she uses her brain and her wit to win the prince’s heart.

Rachel Chu adalah seorang imigran dari China di Amerika. Dia hanya seorang gadis biasa. Meskipun dia pintar, seorang profesor ekonomi, secara status dia tetap hanyalah orang biasa. Dia menjalin hubungan asmara dengan seorang cowok ganteng dan super sweet bernama Nick Young. Cowok yang berasal dari Singapura ini ternyata bukan orang biasa. Hidup di Amerika, jauh dari exposure keluarganya yang super tajir (– dan bisa dibilang kayak royalty di Singapura), Nick enggak pernah kasih tahu ke Rachel siapa dirinya yang sebenarnya. Sampai suatu hari Nick ngajak Rachel ke hometown-nya untuk datang ke pernikahan sahabatnya dan ketemu sama keluarganya.

 

Berpikir datang ke Singapura cuma untuk jalan-jalan, party dan makan makanan enak doang, Rachel gak menyangka bahwa ketemu keluarga Nick ternyata enggak simply ketemu doang kayak yang dia bayangkan. Ada banyak social pressure yang harus dia hadapi karena Nick adalah cowok yang paling diidolakan di negara itu. Dia ganteng, sukses, dan yang paling penting dia adalah calon ahli waris kekayaan keluarganya yang berjibun itu. Pressure, pressure, pressure…

Tekanan makin hebat ketika mamanya Nick enggak bisa menerima Rachel yang hanya orang biasa. Apalagi, meskipun Chinese, Rachel adalah seorang “banana”. Yellow on the outside, white on the inside. Artinya, dia enggak ngerti kebudayaan keluarga Chinese yang mengakar turun temurun itu. Walaupun kulitnya kuning, hatinya seputih orang Amerika yang tujuan hidupnya adalah mengejar mimpinya. Beda dengan cewek-cewek Chinese yang pada umumnya gak peduli soal karir dan mimpi tapi di-expect untuk ngurus rumah dan keluarga.

Didukung oleh banyak artis keren, film ini menyuguhkan wajah-wajah baru yang fresh. Selain Constance Wu sebagai Rachel Chu dan Henry Golding sebagai Nick Young, lo juga bakal kagum sama Michelle Yeoh yang bisa menampilkan karakter Eleanor Young, sang “mother queen” yang super elegant and fierce. Once you look at her, you know you don’t want to mess around with her.

Gue personally suka banget sama tokoh Astrid Young yang diperankan oleh Gemma Chan. Sophisticated, smart, loving and kind. Not to mention very beautiful on the outside as she is beautiful on the inside. Kalau lo penggemar serial TV Sherlock, lo mungkin akan ingat Gemma di Season 1 episode 2 – “The Blind Banker” – yang memerankan tokoh Soo Lin, si kurator seni di museum yang sangat sayang sama teko tehnya.

Karakter lainnya yang juga mencuri perhatian adalah Goh Paek Lin yang super kocak. Diperankan oleh Awkwafina dengan cemerlang. Mungkin lo juga akan ingat sama aksinya di Oceans 8 sebagai Constance si pencopet jalanan yang quirky dan cuek.

Nah, udah cukup penasaran dengan kisah cinta Asian Cinderella ini? Apakah dengan tekanan dari keluarganya, Rachel dan Nick bisa survive? Apakah cinta mereka cukup besar untuk bisa mengalahkan kekuatan tradisi yang udah berangsung berabad-abad? Sanggupkah mereka bertahan dan membuktikan bahwa mereka bukan cuma sekedar pasangan yang ngikut arus doang?

Makanya nonton filmnya dan cari tahu jawabannya sendiri.

[pw_box color=”red” float=”center” text_align=”center” width=””]SPOILER ALERT!! Section ini hanya diperuntukkan bagi kalian yang udah nonton filmnya. Super spoiler waiting ahead. So only proceed if you sure this is what you’re looking for. You’ve been warned![/pw_box]

[pw_toggle title=”Bedah Film” state=”closed”]

Kali ini gue mau ngebahas tentang hal-hal kecil yang mungkin lo lewatin di kedalaman cerita “Crazy Rich Asian”.

Little things you might missed:

1. Rachel’s love for Nick is pure and sincere

Masih ingat adegan Rachel yang nantang Eleanor Young main mahjong? Ini yang Rachel katakan sebelum menang:

Mm no. There’s no winning. You made sure of that. ‘Cause if Nick chose me, he would lose his family. And if he chose his family, he might spend the rest of his life resenting you.

-Rachel Chu-

Dari sudut pandang ini, gak ada kemenangan buat Rachel. Karena kemenangan buat Rachel adalah kemenangan Nick. Kemenangan Nick adalah ketika dia bisa mendapatkan dua-duanya: cinta dan keluarga. Tapi buat Rachel, dengan kondisi mereka yang sekarang, Nick gak akan pernah mendapatkan keduanya. Karena kalau Rachel egois dan merebut kemenangan buat dirinya sendiri, Nick sebenarnya enggak menang karena dia akan kehilangan keluarganya. Dan kalau Rachel menyerah dan membiarkan Nick pergi begitu saja, dia juga gak akan menang karena dia akan benci sama mamanya seumur hidupnya.

Sudut pandang Rachel yang mengambil sudut pandang Nick adalah bukti bahwa dia bisa menempatkan dirinya di posisi Nick dan menilai mana yang lebih baik. Sebagai seorang profesor ekonomi dia pasti tahu betul soal untung dan rugi. Tapi untung dan rugi yang dia nilai bukan untung dan rugi buat dirinya sendiri, tapi buat lelaki yang dicintainya.

Isn’t that sweet?

 

2. A women’s place

Eleanor Young: You’re a foreigner. American – and all Americans think about is their own happiness.

Rachel Chu: Don’t you want Nick to be happy?

Eleanor Young: It’s an illusion. We understand how to build things that last. Something you know nothing about.

Masih dalam adegan yang sama. Di sini Eleanor menekankan bahwa posisi seorang wanita dalam tradisi Chinese adalah di rumah. Untuk keluarganya. Bukan untuk mengejar keinginan dan cita-citanya seperti yang digadangkan American Dreams.

Untuk bisa meneruskan tradisi yang sudah ada secara turun-temurun, seorang wanita harus melakukan tugasnya sebagai “nyonya rumah”. Dia yang memastikan keluarganya mendapat makanan terbaik, mendapat pendidikan terbaik dan tumbuh menjadi manusia yang tahu fungsinya dalam society. Begitu banyak tugas seorang wanita di rumah, dia gak akan punya waktu untuk dirinya sendiri.

No time for her own happiness. Only sacrifice, sacrifice and sacrifice.

 

3. Woman is not a man’s jewellery

It was never my job to make you feel like a man. I can’t make you something you’re not.

-Astrid Young-

This one is my favorite.

Waktu akhrinya Astrid memutuskan untuk meninggalkan suaminya, dia ngomong kalimat ini ke suaminya. Seberapa lelah pun dia berusaha untuk menjaga perasaan suaminya, dia gak akan pernah bisa mengubah pemikiran di dalam diri suaminya sendiri yang menganggap dirinya gak akan pernah cukup buat Astrid. Percuma Astrid berusaha menurunkan standard-nya, menyembunyikan barang-barang mewahnya, menolak pekerjaan yang ditawarkan ke dia demi menjaga dignity suaminya kalau memang dignity itu dari awal memang udah gak ada.

Seorang wanita hadir dalam sebuah pernikahan bukan hanya sebagai hiasan. Bukan hanya sebagai alat untuk membuktikan bahwa seorang pria adalah pria yang jantan karena memiliki seorang istri yang cantik. Jangan pernah lupa bahwa seorang wanita pun juga adalah seorang manusia. Yang punya harga diri dan keinginan. Yang gak melulu harus tunduk sama keinginan suaminya dan standard suaminya. Ketika seorang wanita kehilangan jati dirinya dalam sebuah pernikahan, pernikahan itu hanya tinggal menunggu waktunya untuk musnah. Karena pernikahan yang sehat hanya bisa dijalin oleh dua orang yang sadar betul siapa dirinya dan saling mengisi satu sama lain supaya bisa semakin bertumbuh dan penuh. Kalau ada ketimpangan, di mana yang satu selalu memberi dan yang lain selalu meminta, akan ada titik di mana yang satu akan kelelahan memberi dan yang lain akan tidak pernah cukup meminta. Di situlah pernikahan berakhir.

 

4. Tradition is not bound to be broken

Waktu Nick akhirnya melamar Rachel untuk kedua kalinya, dia mempersembahkan cincin emerald milik Eleanor. Cincin hijau yang cantik itu bukan cuma melambangkan restu Eleanor. Tapi juga gimana Eleanor akhirnya mau membuka tangannya untuk perubahan dengan menerima menantu yang bukan “kaki lang” (– our own kind of people). Dengan perubahan ini, keluarga Young berubah. Shifting. Dari keluarga yang patok pada tradisi menjadi keluarga yang terbuka pada perubahan.

Dan yang menarik di sini adalah gimana Rachel menolak cincin yang Nick beli sendiri, yang dia pakai untuk melamarnya pertama kali, tapi menerima cincin mamanya Nick yang more or less adalah family heirloom. Dengan simbol yang sederhana ini, si penulis cerita pengen ngegambarin gimana tradisi keluarga itu bukannya dihancurkan, tapi berevolusi mengikuti jaman. Rachel bukannya membawa tradisi baru ke keluarga Young, dengan segala pemikiran Amerika-nya, tapi membawa perubahan yang memperkaya tradisi keluarga Young yang sudah ada.

 

Gimana menurut kalian? Apa ada hal lain yang mungkin kelewatan dan belum dibahas di sini? Leave your comment below and let’s discuss with me!

Bonus item: I wanna know how much weddings will take on this kind of theme after this movie. ?

[/pw_toggle]

 

Nah sekian deh review dan cerita singkat gue tentang film Crazy Rich Asian. Film yang membawa angin segar baru ke dunia Holywood yang biasanya dipenuhi oleh hidung mancung dan kulit putih. Cerita tentang budaya Asia ini mungkin akan menjadi breakthrough dan membuka jalan buat berbagai macam cerita Asia lainnya yang layak untuk mendunia.

So, all asian movie makers, be prepared! Because maybe it is your time to shine next!

 

Spread love,

hiLda