Eternals: Destiny vs. Passion
Akhirnya bioskop kita mulai kedatangan film-film baru yang seru! Setelah hampir 2 tahun dunia mengalami pandemi, akhirnya kehidupan bisa berangsur-angsur kembali ke situasi new normal termasuk industri perfilman global. Dan artinya, film-film Marvel yang selama ini tertunda rilisnya karena pandemi akhirnya mulai dikeluarkan nih sama Disney. Dan salah satu film terbarunya adalah Eternals yang udah gue nanti-nantikan sejak diumumkan peluncurannya di Comic Con 2019. Yeay!!
Kalau dilihat-lihat dari deretan aktornya, sudah pasti terlihat gimana level kelas film yang satu ini. Mulai dari Gemma Chan sebagai Sersi, Richard Madden sebagai Ikarus, Salma Hayek sebagai Ajak sampai Angelina Jolie sebagai Thena. Benar-benar penyegaran buat kita yang sudah setahun lebih ini enggak menikmati film Marvel sama sekali. Di samping deretan cast nya yang “bening”, film ini juga disutradarai oleh Chloe Zhao, seorang sutradara wanita pemenang Best Movie Oscar yang menyutradarai film Nomadland. Wah! Ekspektasi sudah tinggi nih ketika datang ke bioskop. Tapi mampu kah film ini memuaskan ekspektasi tinggi kita para penontonnya? Hmm… Mari kita bahas.
!! MAJOR SPOILER ALERT !!
ONLY PROCEED IF YOU’RE SURE THIS IS WHAT YOU WANT TO DO
Cerita Para Dewa
Buat kalian yang sudah nonton filmnya, entah kalian merasakan hal yang sama atau enggak. Tapi buat gue sih di film Eternals ini yang seharusnya pemeran utamanya adalah Sersi, penampilannya malah terkalahkan dengan penampilan Thena yang kuat dan memikat (– meskipun Thena diceritakan punya “gangguan mental”). Mungkin karena karakter hero utama yang biasanya selalu superpower, almighty dan tidak terkalahkan malah gak ada sama sekali dalam sifat Sersi. Bertolak belakang dengan karakter pemeran utama superhero pada umumnya, Sersi adalah karakter yang lemah lembut, penyayang dan engak punya kekuatan yang super hebat seperti Eternals yang lainnya. Tapi pada akhirnya, memang Sersi lah yang jadi pembawa pesan utama dalam film ini meskipun dengan karakternya yang memiliki banyak kelemahan, enggak seperti Captain Marvel yang adalah seorang wanita superpower sekelas Superman dan enggak terkalahkan.
Dari segi cerita, menurut gue kisah di film ini membawa pesan yang dalam karena menceritakan tentang “para dewa” yang kelihatannya punya segalanya. Kekuatan yang hebat, umur yang abadi dan paras yang rupawan. Tapi di balik itu semua, ternyata mereka diciptakan untuk menjaga populasi sebuah planet hanya untuk menyaksikannya hancur lebur ketika seorang Celestial baru “lahir” atau yang mereka sebut dengan emergence. Mereka sangat powerful dan kelihatannya memiliki segalanya, kecuali satu hal: kebebasan untuk menentukan langkahnya sendiri. Hidup mereka diciptakan dengan satu tujuan. Dan jika mereka melanggar tujuan itu, mereka pasti dihancurkan oleh Arishem. Meskipun mereka menemukan passion mereka, mereka tidak boleh melakukannya karena destiny mereka sudah digariskan dan tidak boleh dilanggar.
They seem to have everything, but they can’t have the one thing that they want the most: the freedom to choose.
Destiny vs. Passion
Kisah Eternals ini bikin gue jadi mikirin existential crisis. Sebenarnya untuk apa kita diciptakan? Buat apa kita ada di dunia ini? Dan apakah yang kita lakukan selama hidup ini sudah sejalan dengan tujuan kita diciptakan? Kalau ternyata tidak sejalan, apakah artinya kita salah, cacat dan enggak berguna? Seperti para Eternals yang pada akhirnya lebih memilih untuk menyelamatkan bumi dan menentang takdir mereka dengan melanggar satu-satunya tujuan mereka diciptakan yaitu membantu emergence seorang Celestial baru.
Dalam satu titik dalam hidup kita, kita pasti pernah mendengar tentang destiny atau takdir. Atau mungkin kita pernah berpikir bahwa semua orang pasti memiliki takdirnya. Sebuah jalan yang absolut, yang harus dilalui sepanjang hidupnya, dan tidak bisa dihindari. Kita berpikir bahwa takdir kita telah digariskan sejak kita belum dilahirkan. Karena itu kita mudah percaya pada tawaran dukun yang bisa membaca masa depan atau garis tangan kita. Somehow, kita puas dengan penjelasan orang-orang di sekitar kita yang bilang bahwa masa depan kita bukanlah milik kita. Karena semua itu sudah digariskan. Atau diciptakan dari sananya. Dengan percaya akan adanya takdir, kita menerima bahwa masa depan kita adalah di luar kontrol kita.
Bila sesuatu yang buruk terjadi dalam hidup kita, kita berkilah bahwa “Ini sudah takdir” untuk menenangkan hati kita yang gundah gulana. Padahal sebenarnya kata-kata itu adalah sebuah pelarian untuk pikiran kita supaya kita terhindar dari rasa bersalah. Karena bila sesuatu yang buruk itu bukan takdir, harusnya kita mampu menghindarinya. Tapi karena sesuatu itu adalah takdir, kita tidak berdaya menghindarinya. Dengan kata lain, kita adalah sebuah makhluk pasif yang tidak mampu melawan apa yang sudah digariskan takdir untuk kita.
In one way or another, mungkin pemikiran ini enggak salah. Karena memang ada beberapa hal dalam hidup kita yang enggak bisa kita kontrol. Seperti cuaca, bencana alam, pandemi, atau kehendak orang lain yang tidak sejalan dengan kehendak kita. Memang gak semua hal yang buruk dalam hidup bisa kita hindari. Tapi kenyataannya, kita bisa loh BERUSAHA menghindarinya. Ada hal-hal yang masih dalam kendali kita yang bisa kita lakukan untuk menghindari hal yang tidak kita inginkan. Kita bukannya enggak berdaya. Sebenarnya, kita mampu melakukan sesuatu untuk mengubah jalan takdir yang kita pikir terpatri dan tidak bisa dinegosiasi.
We can change our lives. Just like the Eternals can DECIDE to kill a Celestial and save everyone on earth.
Inget ya, kata kuncinya di sini adalah DECIDE – memutuskan.
The Power of Decision
Mungkin kita enggak bisa bikin perubahan drastis hanya dalam satu langkah besar. Tapi bila kita berusaha untuk berubah sedikit demi sedikit dalam satu langkah kecil dan satu langkah kecil lainnya, suatu saat takdir yang kita pikir seharusnya kita terima itu bisa berubah. Kita boleh kok mengikuti passion kita. Kita boleh mengikuti kata hati kita. Jalan hidup kita sebenarnya adalah milik kita, tergantung pada keputusan-keputusan yang kita ambil setiap hari. Personally, gue sudah gak percaya bahwa takdir itu hanya ada satu. Masa depan kita adalah sesuatu yang fluid. Dan bisa berubah seiring dengan keputusan-keputusan yang kita ambil setiap hari.
Dunia kita sebenarnya hanya sesempit isi kepala kita.
Kalau pikiran kita sempit, dunia kita akan selalu sempit. Kalau kita meluaskan pandangan kita, dunia kita akan menjadi luas. Termasuk masalah takdir. Bila kita percaya bahwa kita memang ditakdirkan untuk menjalani hidup yang sulit, hidup kita akan selalu sulit. Tapi begitu kita percaya bahwa kita bisa hidup dengan baik, dan membuat keputusan untuk melangkah keluar dari kehidupan yang sulit itu, gue yakin kita pasti bisa melakukannya.
Sersi mungkin hanya memiliki kekuatan ilusi yang enggak luar biasa hebat seperti Druig yang bisa mengontrol pikiran orang, atau Thena dengan kemampuan bertarungnya yang luar biasa. Tapi dia punya kekuatan hati yang teguh dan mampu membuat keputusan untuk menentang kejahatan yang sudah ditakdirkan untuknya. Itu yang membuat dia jadi pahlawan tersembunyi bagi umat manusia. Enggak ada yang tahu apa yang sudah dia lakukan untuk menyelamatkan bumi. Tapi sebenarnya, dia lah yang menjadi pahlawan sebenarnya di kisah ini.
Lagipula, kalau Arishem berharap memiliki budak yang akan mematuhi perintahnya 100%, seharusnya dia menciptakan robot, bukan Eternals. Dan karena Tuhan menciptakan manusia, bukan robot, maka gue yakin bahwa setiap dari kita pun mampu menentukan jalan kita sendiri dengan kekuatan yang kita miliki dalam hidup kita.
Destiny only exist if we believe it. But passion is the drive that makes us who we are.
So my advice is: live by your passion, not by your destiny.
Thanks for reading this! Kalau kamu suka sama artikel ini, jangan lupa untuk share ke teman-teman kamu ya!
Leave your comment below. Dan follow juga Instagram @just.hilda untuk selalu dapat update terbaru dari blog Just Hilda. Jangan lupa share artikel ini ke teman-teman kamu juga ya!
Spread love,
4 Comments
YZG
3 years agoReviewnya mantap, pesan dari filmnya jadi dapet dan mudah dimengerti.
setuju sama quote satu hal kecil yang konsisten dapat merubah masa depan kita.
hiLda
3 years agoThank you for the nice comment! Yup, langkah kecil yang banyak akan terakumulasi jadi langkah yang besar. Yang penting jangan jalan mundur aja. 😉
Fanny_dcatqueen
3 years agoAku suka film iniiii. Walopun jagoanku si Don Lee harus kalah dan tewas, tapi overall ceritanya tetep menarik :).
Naah awalnya pun aku kayak kurang puas mba, Krn sersi yg jadi pahlawan tapi seperti biasa aja. Masih lebih menarik tokoh Thena atau si aktor Don Lee 😁. Cuma setelah di pikir, aku setuju, sersi punya kekuatan hati yg teguh. Dan tidak emosional yg mana itu bisa mengaburkan rasionalitas seseorang.
Aku ga sabar sih nunggu kelanjutan film ini 😄. Film2 Marvel memang layak sih ditungguin 👍
hiLda
3 years agoIya betul! Chemistry Gilgamesh sama Thena dapet banget ya. Coba nonton Don Lee di Train to Busan deh. Duh, bisa nangis2 lagi liat acting dia. 😭