Sejak tanggal 25 November, UN Women mengadakan kampanye Hear Me Too selama 16 hari. Sebuah kampanye yang menyuarakan penolakan atas kekerasan berbasis gender. Kekerasan yang biasanya menjadikan wanita sebagai korbannya. Kekerasan yang sudah sejak lama ada di tengah masyarakat, tapi dianggap wajar dan gak ada salahnya sama orang banyak. Kenapa? Karena jenis kekerasan ini sudah berlangsung begitu lama, sampai-sampai sudah mendarah daging dan dianggap sebagai sesuatu yang normal.

It’s time we put a stop to this. It’s time our generation shouts that this kind of things are not okay. It’s time we put on respect and start treating each other with equality, regardless their genders.

[pw_box color=”red” float=”center” text_align=”left” width=””]In regards to all men in the world: Artikel ini bukan untuk mendikreditkan kalian. I respect all men. But the truth might be hard to swallow. Try to keep an open mind while reading this. ?[/pw_box]

 

Nah! These Things Are Just Bullshit!

Really? If you think that way, let me show you why you shouldn’t.

Berapa kali kalian dengar di media tentang kekerasan seksual terhadap seorang wanita. Dan komentar orang-orang yang menanggapinya kurang lebih begini:

“Ah, itu mah ceweknya aja yang kegatelan.”

“Makanya pakai baju yang sopan. Kalau gak mengundang juga gak akan kejadian.”

“Centil sih! Rasain sendiri tuh akibatnya!”

Dalam kebanyakan kasus seperti ini, wanita yang jadi korbannya. Dan anehnya, malah mereka yang dituduh sebagai penyebabnya.

Pernah gak kalian mengalami apa yang namanya double standard? Double standard adalah ketika sesuatu yang dilakukan oleh seorang pria dianggap berbeda dengan ketika dilakukan oleh seorang wanita. Sesuatu yang memang bisa dilakukan oleh keduanya tanpa masalah loh ya. Misalnya masak, bersih-bersih rumah atau bahkan mengurus anak.

Di level yang lebih dalam, double standard ini sebenarnya cukup berperan dalam banyak kasus kekerasan terhadap wanita. Coba dipikirkan lagi deh. Misalnya ketika seorang pria ngomongin soal sex dan cewek sexy. Hal ini dianggap wajar dan bukan masalah. “Wajar lah, namanya juga cowok.” Ya kan?

Sekarang, coba bandingkan ketika seorang cewek ngomongin soal sex dan cowok sexy? Pandangan umum masyarakat adalah seorang cewek enggak pantas ngomongin hal itu. Dia akan disebut “jalang” atau “perek” karena ngomongin hal ini. Ya kan?

Lantas, kalau seorang “perek” dilecehkan secara seksual, ya pantas lah dia mendapatkannya. Sementara si cowok yang melakukan hal itu malah dianggap jantan dan perkasa. Bahkan mungkin dipuji-puji sama teman-teman cowoknya.

Paham kan maksud gue sekarang?

 

So What? That Is How The World Works!

NO! I refuse to accept that!

I’m a woman. And I have a daughter. That’s why this concerns me so much.

Seorang wanita TIDAK LAYAK dijadikan sebuah OBJEK. Yang mana adalah bagaimana cara media pada umumnya sering menggambarkan seorang wanita. Dan bagaimana masyarakat pada umumnya memperlakukan seorang wanita.

Maksudnya jadi objek tuh gimana sih? Objek itu artinya alat. Objek itu benda. Objek itu enggak punya kekuatan buat melakukan apa yang dia inginkan. Objek hanya bisa digerakkan oleh subjek. Jadi tanpa seorang subjek, sebuah objek enggak akan berarti.

And woman are used to being an object. Because that is what expected of us. When the truth is: Woman should never be an object. We shouldn’t let things happen to us. We should take charge of our life and drive it the way we want it.

 

Terus Apa Hubungannya Sama Kekerasan Seksual?

Once we stop treating woman as an object, we can stop sexual harassment upon them too.

Ketika kalian memandang wanita sebagai lebih daripada sebuah benda, kalian enggak akan dengan mudah melakukan hal-hal yang disrespectful sama mereka. Kalian akan mikir seribu kali sebelum nge-post komentar jahat yang menyerang kewanitaan mereka. Kalian akan mikir sejuta kali sebelum seenaknya menyentuh mereka dengan cara yang enggak hormat. Kalian akan sadar bahwa gak peduli pakaian apapun yang sedang mereka pakai, kalian bisa menahan nafsu kalian sendiri dan memperlakukan mereka layaknya seorang manusia.

Ini… Ini dia… Sesuatu yang menurut gue kurang diajarkan di generasi kita. Bahwa wanita juga adalah manusia. Dia berhak atas dirinya sendiri dan kebahagiaannya sendiri. Dia enggak cuma hadir di dunia ini untuk memenuhi kebutuhan orang lain. Karena dia lebih dari itu. Sangat, sangat lebih dari itu.

 

My Own Story

Gak usah muluk-muluk lah. Semua cewek pasti pernah diperlakukan enggak senonoh.

Waktu itu gue masih SMA. Gue lagi jalan kaki di pinggir jalan. Lalu tiba-tiba segerombolan motor lewat di jalanan itu. Mereka adalah supporter klub bola regional tempat gue tinggal waktu itu. Gue pakai seragam. Apa seksinya sih baju seragam? Tapi tiba-tiba salah satu pengendara motor itu megang bokong gue. Sambil ketawa-ketawa.

You know what? Mereka merasa bangga sudah melakukan itu pada seorang cewek sekolahan yang gak tahu apa-apa. Dan apakah mereka dihukum karena melakukan itu? Ya enggak lah. Mereka kabur begitu aja. Dan gak ada juga orang sekitar yang bantuin gue. How is that fair?! Apa mereka menganggap yang beginian itu normal? Definitely not normal for me! Dan ini bukan cuma kejadian sekali doang. Ada kejadian berikutnya di jalanan juga dengan pengendara motor juga.

Will this ever stop? Will they ever understand that it’s not okay?

Sadar gak sih para pelaku ini kalau tindakan mereka bikin wanita jadi ngerasa enggak aman? Coba bayangin kalau hal semacam itu terjadi sama anak perempuan mereka sendiri? Apa mereka enggak marah? Apa mereka masih bakal ketawa-ketawa gitu aja dengan bangga? Shit, right?!

 

Bottomline

Everybody says that boys will be boys.

I said: NO! Please! Let boys be men. Let them know how to treat woman respectfully.

Katanya pria adalah kepala. Apa yang akan terjadi kalau kepala itu otaknya rusak? Gak ngerti mana yang benar, mana yang salah? Seluruh tubuhnya juga akan ikutan rusak kan?!

Jadi, kali berikutnya, coba pikirin dulu deh kalau mau melakukan sesuatu. Kalau lo berpikir bahwa hal itu enggak layak dilakukan oleh seorang perempuan, maka mungkin hal itu juga enggak layak dilakukan oleh seorang laki-laki. Kalau hal itu bikin laki-laki merasa terlecehkan, mungkin hal itu juga akan membuat perempuan merasa terlecehkan.

Stop the double standard! Stop objectifying woman! Then you will understand how a woman life is.

Thank you.

 

Spread love,

hiLda