TV series yang satu ini mungkin awalnya hanya dianggap mendompleng kepopuleran dari serial pendahulunya Game of Thrones. Tapi setelah seluruh 10 episode-nya ditayangkan, serial House of The Dragon membawa api baru buat para penggemarnya. Bukan hanya karena universe-nya yang masih sama dengan kisah fenomenal Game of Thrones, tapi karena berbagai plot twist dan cerita keluarga penunggang naga, Targaryen, yang memang selalu mengundang minat kita semua.

Trailer House of the Dragon

Kesampingkanlah tayangan-tayangan vulgar yang mungkin dinilai melenceng dari budaya kita: adegan 21+, kekerasan, perang, bahkan pemenggalan kepala (– fiuh). Di luar itu semua, serial ini juga membawa pesan moral yang luar biasa kuat. George Martin, sang penulis kisah The Song of Ice and Fire ini, tidak mengada-ada ketika menciptakan cerita-cerita ini. Dia mengklaim bahwa semua hal tidak senonoh yang ada di dalam cerita ini memang pernah terjadi dalam kehidupan manusia. Dan memang begitulah kenyataannya. Bila hal-hal itu sudah tidak lagi diterima masyarakat zaman sekarang, bukan berarti hal-hal itu tidak pernah terjadi toh!

So, kali ini gue mau membahas tentang 4 tanda awal kehancuran yang diambil dari serial House of the Dragon. Karena serial ini memang khusus berkisah tentang awal dari kehancuran keluarga Targaryen, keluarga terkuat yang menunggang naga di Westeros. Dan dari kisah ini, meskipun fiksi, kita bisa belajar bagaimana untuk menghindari kehancuran itu sedari dini. So check this out!

!! MAJOR SPOILER ALERT !!
ONLY PROCEED IF YOU’RE SURE THIS IS WHAT YOU WANT TO DO

#1: No more trust among each other

Alicent Hightower dan Rhaenyra Targaryen yang bersahabat sejak masa kecilnya.

Awal dari perpecahan keluarga Targaryen dimulai ketika Viserys, ayah Rhaenyra, memutuskan untuk menikahi Alicent, sahabat Rhaenyra. Alicent, seorang gadis penurut yang hanya mengikuti perintah ayahnya, harus menyerahkan dirinya untuk seorang raja tua yang adalah ayah dari sahabatnya sendiri. Itu bukan hanya menyakiti dirinya, tetapi juga Rahaenyra. Bisa gak lo ngebayangin sahabat lo jadi ibu tiri lo sendiri?! Wow!! That’s too much!!

Sejak saat itu Rhaenyra tidak pernah mempercayai Alicent lagi. Meskipun Alicent masih ingin mempertahanakan relasi mereka, Rhaenyra selalu menolaknya. Hingga akhirnya Alicent pun menangkap kebohongan Rhaenyra dan dia pun berhenti percaya kepadanya. Hubungan keduanya pun retak. Dan keretakan itu, tanpa mereka sadari, mereka warisi kepada anak-anak mereka.

Lesson learned: Andaikan saja Rhaenyra dan Alicent masih bisa sedikit saja saling mempercayai. Mungkin mereka bisa berkomunikasi dengan lebih baik sehingga tidak terjadi perpecahan di antara mereka. Bayangkan bila relasi mereka tetap hangat sampai kematian Viserys. Tentunya bukan perang yang akan menyusul setelah kematian Viserys. Mereka berdua bisa menjadi kombo maut yang bisa mempererat persatuan di Westeros. Andaikan mereka tetap saling menyayangi dan bersahabat, keluarga Targaryen tidak akan hancur.

#2: No more respect to each other

Aemond Targaryen setelah insiden yang membutakan sebelah matanya.

Benih kebencian yang bercokol di hati Rhaenyra dan Alicent membuat anak-anak mereka pun tidak bisa memiliki relasi yang sehat. Jace dan Luke tumbuh menjadi pria yang kuat dan berhati baik, meskipun mereka selalu diolok bastards (– anak haram). Namun anak-anak Alicent tidak tumbuh dewasa menjadi manusia yang berakhlak. 

Aegon tumbuh menjadi seorang bully yang tidak punya belas kasih. Dan karena arogansinya, dia mengajak Jace dan Luke untuk mem-bully adiknya sendiri Aemond, yang saat itu belum memiliki naga. Gara-gara kejadian ini, Aemond selalu membenci kakaknya dan kedua sepupunya. Benih kebencian ini membuat generasi penerus Viserys semakin berseteru dan menghancurkan persatuan di keluarga mereka.

Lesson learned: Andaikan Aegon bisa bertindak sebagaimana seorang kakak yang seharusnya, dia akan membela Aemond tidak peduli bagaimana pun bertolak belakangnya mereka berdua. Karena Aegon sebagai kakak Aemond saja tidak bisa menghormatinya, mana mungkin kedua sepupunya Jace dan Luke mau menghormatinya?! Ketika seseorang kehilangan harga dirinya, di saat itulah kejahatan mulai merayap merasuki dirinya dan mengubah perangainya. Semakin Aemond dewasa, dia tumbuh menjadi pria yang semakin agresif. Karena dia selalu merasa perlu untuk mempertahankan dirinya. Dia tidak merasa aman. Dan itulah yang mengubah dia jadi pencetus perang yang akhirnya menghancurkan keluarga Targaryen, keluarganya sendiri.

#3: Miscommunication everywhere

Alicent Hightower di depan jasad Viserys Targaryen.

Ketika kita menginginkan sesuatu, kita cenderung mencari pembenaran untuk mendukung apa yang kita inginkan tersebut. Alicent, terpengaruh oleh ayahnya, Otto, sangat berambisi untuk menjadikan Aegon penerus tahta. Tapi Viserys tidak pernah menyetujuinya. Dia tetap mendukung Rhaenyra sebagai penerus tahtanya karena dia tahu Aegon tidak memiliki karakteristik yang cocok untuk menjadi seorang raja.

Di hembusan nafas terakhirnya, Viserys menggumamkan sesuatu mengenai Aegon dan “the prince that was promised”. Pada kenyataannya dia sebenarnya membicarakan tentang Jon Snow yang pada akhir kisah Game of Thrones terungkap adalah sang pangeran yang dimaksud dalam The Song of Ice and Fire. Tapi dengan delusinya, Alicent menganggap Viserys berbicara tentang Aegon anaknya dan menyimpulkan bahwa gumaman Viserys yang meracau itu adalah perintah untuk mengangkat Aegon anaknya sebagai penerus tahta. Wow! Speaking of miscommunication!! Parah banget miskom-nya, Bu!!

Lesson learned: Ketika ada sebuah keputusan besar yang diambil tiba-tiba, adalah sebuah keharusan untuk mengkonfirmasi apakah keputusan tersebut memang benar legit atau tidak. Memang setelah mengucapkan kata-kata itu Viserys meninggal sehingga dia tidak bisa mengkonfirmasi maksud dari perkataannya dan memperbaiki kesalahpahaman Alicent. Tapi tanpa penjelasan Viserys pun, seharusnya Alicent sudah sadar bahwa Viserys tidak akan pernah menempatkan Aegon sebagai penerus tahta. Dia punya banyak sekali waktu untuk melakukannya bila dia memang menghendakinya. Kenyataan bahwa sampai kematiannya pun Viserys tidak pernah menarik Rhaenyra dari pewaris tahtanya seharusnya sudah bisa menjadi konfirmasi bahwa dia memang tidak pernah menginginkan Aegon menjadi raja. Alicent hanya menutup mata dan menyangkal fakta yang sudah terpampang jelas di depan mata.

#4: Everybody pursue their own agenda

Aemond Targaryen ketika datang ke Storm’s End sebagai duta.

Kita sampai pada episode terakhir, di mana Aemond secara tidak sengaja membunuh Luke ketika mereka berdua sedang terbang di atas naga mereka masing-masing. Ini adalah buah dari perpecahan yang paling fatal. Di mana setiap orang tidak lagi memperhatikan kepentingan umum, tapi hanya mengejar ego masing-masing.

Aemond yang masih dendam karena kehilangan sebelah matanya, meminta Luke untuk mencongkel matanya sendiri. Sudah jelas ini adalah permintaan yang bodoh! Bukan untuk alasan itu dia datang ke Storm’s End. Seharusnya dia bertindak sebagai seorang diploma yang tidak mengejar kepentingan pribadi melainkan kepentingan negara. Luke mengerti hal itu maka dia mencoba menahan dirinya sekuat tenaga. Tapi Aemond tidak bisa mengatasi dirinya sendiri, memicu pertengkaran di antara mereka yang berakhir dengan tewasnya Luke. Kejadian inilah yang akhirnya memicu perang saudara di antara keluarga Targaryen dan merupakan awal dari kehancuran keluarga yang besar dan hebat ini.

Lesson learned: Ada hal-hal yang jauh lebih besar daripada keinginan kita sendiri. Kadang-kadang, lebih baik kita menahan diri dan mengutamakan kepentingan umum demi kedamaian diri sendiri dan orang banyak. Ada hal-hal yang memang harus kita perjuangkan, tidak peduli apapun yang terjadi. Tapi hal-hal semacam ini seharusnya dilakukan dengan cara yang lebih sopan dan halus. Bukan dengan cara yang memantik api pertengkaran yang lebih besar, seperti yang Aemond lakukan.

Itu dia 4 tanda awal dari kehancuran yang diambil dari House of The Dragon. Memang kita tidak hidup dalam dinasti kerajaan seperti yang diceritakan di serial ini. Tapi kita juga patut sadar bila keempat hal ini mulai muncul dalam komunitas, organisasi, pekerjaan, atau bahkan dalam keluarga kita. Supaya kelompok kita tidak mudah terpecah belah seperti yang dialami oleh keluarga Targaryen.

Thanks for reading this! Kalau kamu suka sama artikel ini, jangan lupa untuk share ke teman-teman kamu ya!

Leave your comment below. Dan follow juga Instagram @just.hilda untuk selalu dapat update terbaru dari blog Just Hilda. Jangan lupa share artikel ini ke teman-teman kamu juga ya!

Spread love,