Dari sejak masih kecil, kita dicekokin tentang gimana seharusnya kita berpenampilan. Apalagi kalau lo adalah seorang cewek. Rambut panjang, tinggi minimal 170 cm, dengan ukuran baju S dan kulit putih bersih adalah standard kecantikan seorang cewek di Indonesia. Jadi gak heran kalau berjualan produk-produk kecantikan, bahkan prosedur kecantikan, yang bisa bikin tubuh lo berubah jadi kayak begitu adalah salah satu bisnis yang paling menguntungkan. Wanita dibentuk untuk jadi insecure sejak masih kecil. Semuanya berkat pengaruh industri “kecantikan” yang selalu bikin wanita merasa enggak cantik.

SPOILER ALERT: ADA BEBERAPA SPOILER FILM IMPERFECT DI ARTIKEL INI. ONLY PROCEED IF YOU’RE SURE THIS IS WHAT YOU WANT TO DO.

Which is, adalah salah satu nilai penting yang gue suka banget dari film Imperfect. Salah satu adegan favorit gue adalah ketika bosnya Rara dengan gamblang menyatakan strategi bisnisnya, yaitu berusaha ningkatin penjualan dengan bikin cewek-cewek merasa enggak cantik. Yang mana adalah apa yang sebenarnya terjadi di dunia nyata tapi enggak banyak disadari oleh para wanita yang menjadi target industri ini. Karena mereka enggak akan bisa jualan kalau semua wanita sudah merasa cantik. Make sense right?!

That being said. Gak heran kalau mayoritas wanita merasa insecure dengan penampilan fisiknya. Dan gue pernah juga jadi korbannya juga kok. Ada masanya dalam hidup gue di mana gue sangat membenci yang namanya timbangan. Atau saking obsesifnya, gue ngukur berat badan gue di timbangan setiap hari yang mana bikin gue malah jadi makin stress. Ada masanya gue gak pernah ngerasa diri gue cantik. Gue cuma melihat diri gue sebagai itik buruk rupa yang gendut, dan selama-lamanya gue gak akan pernah punya pacar. Hiks!!

Tapi, insecurity sebenarnya enggak berhenti di situ aja. Ada banyak banget jenis insecurity yang bisa menghinggapi kehidupan kita sehari-hari terlepas dari masalah bentuk fisik.

Satu contoh lagi dari pengalaman gue. Gue sendiri masih sering ngerasa insecure akan pilihan gue untuk jadi stay at home mom. Yang artinya gue gak bekerja 8 to 5, gak punya alamat kantor dan title keren yang bisa gue bangga-banggakan. Ketika gue mengingat masa-masa di mana gue bekerja di sebuah multinational company, gue kadang ngerasa down. Masa gue jadi “gini” doang sih. Sekian lama kuliah, belajar, meniti tangga karir korporat, masa sekarang gue jadi “GINI” doang sih?!!

Ouch! Ada masanya gue menyesali keputusan gue. Dan mikir, kalau dulu gue gak ambil keputusan itu, sekarang gue jadi apa ya?

See? Inseure… Gue ngebayangin apa yang terjadi kalau gue mengambil keputusan yang lain, karena gue enggak puas akan hidup yang gue jalani sekarang ini.

Turning Table

You know, insecurity is like a hole in your self esteem.

Artinya, kepercayaan diri kita lagi minus, makanya kita ngerasa insecure. Entah itu tentang bentuk fisik, lifestyle atau pilihan hidup kita. Salahnya, ketika rasa PD (– percaya diri) itu lagi minus, kita bukannya mengisi “botol ke-PD-an” itu dengan lebih banyak rasa PD, kita malah mengisinya dengan “junk food”.

Nih gue kasih contoh beberapa “junk food” untuk rasa PD lo: mengasihani diri, enggak menerima kenyataan, atau berusaha mengubah kondisi dengan cara yang instan.

Kenapa gue bilangi ini “junk food”? Karena hal-hal ini akan jadi racun kalau lo biarin terlalu lama bercokol di dalam diri lo. Ketika gue enggak menerima kenyataan atas keputusan gue menjadi stay at home mom, gue menyangkal siapa diri gue dan gue jadi enggak bisa ngelihat hal-hal baik yang gue punya dalam hidup gue sekarang KARENA gue memutuskan untuk jadi stay at home mom. Gue jadi enggak bisa mensyukuri relasi gue yang akrab banget sama anak gue. Gue jadi enggak bisa mengapresiasi hasil karya gue (– kayak blog ini misalnya). Gue juga jadi lalai untuk menghargai hal-hal kecil yang dulu gak bisa gue lakukan (– kayak masak buat keluarga gue supaya mereka bisa makan makanan sehat).

Insecurity can rob you off of your happiness. Dan kalau aja lo sadar akan penyebab munculnya insecurity lo itu, dan bisa menghapusnya jauh-jauh, hidup lo akan jadi jauh lebih berwarna – tanpa lo perlu ngelakuin hal-hal drastis untuk mengubah diri lo jadi apa yang diharapkan oleh rasa insecurity lo itu.

Be who you are. Gak peduli dalam masalah penampilan, jati diri, profesi, cita-cita, dan segala apapun itu. Rasa insecure cuma bisa dikalahkan oleh self acceptance (– penerimaan diri). Dan lo cuma bisa menerima diri lo apa adanya kalau lo jadi diri lo sendiri. Kayak Rara yang pada akhirnya enggak terlalu musingin lagi dikatain gendut, asalkan dia sehat.

Jangan jadi orang lain. Jangan jalani hidup yang diharapkan orang lain atas hidup lo. Live your own life. And be grateful and joyful for that.

Thanks for reading this! Kalau kamu suka sama artikel ini, jangan lupa untuk share ke teman-teman kamu ya!

Leave your comment below. Dan follow juga Instagram @just.hilda untuk selalu dapat update terbaru dari blog Just Hilda. Jangan lupa share artikel ini ke teman-teman kamu juga ya!

PS: Kalau lo masih belum juga nonton film Imperfect, lo perlu banget nonton film itu. Dan karena masih banyak banget area insecurity yang belum digarap, gue berharap banget film ini bakal ada sekuelnya. Hehe! Semoga yaa…. Amin!