Udah lupa rasanya kapan terakhir kalinya merah putih berdegup di dada gue.

Apa waktu terakhir kalinya gue jadi Paskibra di sekolah?

Atau waktu gue merasa asing tinggal di negeri tetangga dan kangen banget sama keramahan bangsa Indonesia dan makanannya yang enak-enak?

Atau waktu gue merasa bangga menyaksikan perubahan demi perubahan yang mengarah ke arah yang lebih baik yang terjadi di negara ini?

Misalnya pembangunan yang bikin rakyat kecil semakin dinaikkan harkat dan martabatnya.

Atau waktu ngelihat seluruh dunia menghadapi krisis moneter sementara kita di Indonesia tetap gak terganggu sama sekali.

Atau waktu melihat kaum minoritas akhirnya sanggup memimpin di pemerintahan. Membuktikan bahwa Bhinneka Tunggal Ika, yang dari gue TK terpajang di atas papan tulis dengan burung garuda gagah di atasnya, bukan cuma sekedar bull shit doank!


 
Hey, I’ve had some rough time too, you know. Being a minority in this very diverse country.

Gak cuma sekali gue dipanggil “Cina” atau “San Chai” (– waktu Meteor Garden masih super populer) waktu gue jalan kaki sendirian.

Waktu gue pengen masuk ke universitas negeri, gue kaget karena ada field yang menanyakan “keturunan” gue. Bahkan waktu gue serahkan formulirnya, si bapak yang nerima nge-double check apa gue beneran ngisi Mongoloid atau enggak. Ouch! Sakit rasanya waktu ditanya begitu. Apa dia takut gue ngebohongin jati diri gue? Entahlah apa yang ada di pikirannya.

Tapi perlahan-lahan, hal-hal yang begini udah gak gue rasain lagi. Sampai gue lupa kalau hal-hal gak mengenakan ini pernah terjadi. Hingga beberapa saat yang lalu, waktu kampanye pemilihan Gubernur yang bikin heboh seantero jagat raya.

Tiba-tiba gue mulai merasa asing lagi di negeri ini.

Tiba-tiba gue merasa gak nyaman dengan kulit putih dan mata sipit gue ini.

Tiba-tiba gue merasa takut dan lebih memilih untuk bersembunyi.

Bahkan merasa benci karena ditolak di tanah kelahiran sendiri.

Padahal gue gak pernah bisa milih dengan warna kulit apa gue dilahirkan.

Gua gak pernah punya hak untuk memilih mata seperti apa yang gue punya.

Gue gak pernah ngerti kenapa gue dibenci sama orang-orang yang gak pernah gue jahatin seumur hidupnya.

Cuma karena jati diri gue yang gak bisa gue ubah.

Cuma karena keturunan gue yang sebenarnya adalah anugerah dari Yang Kuasa.

Gue gak paham.

Gue gak pernah paham.

Gue cuma bisa minta tolong aja.

Tolong jangan bikin gue jadi kayak orang asing di negeri sendiri.

Jujur, gue pernah merantau ke negeri orang. Gak sampe sebulan gue udah kangen sama Indonesia dan keramahannya.

Gak ada yang bisa masak rendang seenak orang Indonesia.

Gak ada yang bisa ngulek sambal semaknyos orang Indonesia.

Gak ada yang bisa gantiin Indonesia sebagai jati diri kebangsaan gue.

Ya gue sipit. Ya gue putih. DAN YA GUE INDONESIA!

Gue pernah push up 100 kali karena pasukan gue bikin bendera Merah Putih menyentuh tanah. Cuma sedetik. Tapi gue bayar harganya karena udah mengotori Merah Putih.

Gue bangga banget waktu bisa mengibarkan bendera pas upacara 17-an. Sekalipun gue udah bukan Paskibra lagi, gue paling bete ngelihat bendera yang udah kumal masih dikibarin di tiang bendera.

I respect the flag. I respect this nation.

Doesn’t matter how white I am.

Jadi tolong…

Jangan bilang gue bukan Indonesia cuma karena hal-hal yang gak bisa gue ubah.

Cuma negara ini yang gue kenal sebagai rumah.

Cuma negara ini yang bisa bikin gue betah karena gue tahu gue ada di rumah.

PS: Curhatan ini gue tulis karena gue sangat tersentuh ngelihat gimana bangsa ini bisa bersatu dalam Asian Games 2018 yang luar biasa ini. Dan ini salah satu komentar favorit gue dari Kang Ronald.

Begitu seharusnya…??❤️?? #indonesia #badminton #asiangames2018

A post shared by @ rocknal on

Semoga bisa gini terus ya, Indonesia.

Pemilu 2019 ada di depan mata kita. Tolong ingat persatuan ini. Jangan biarkan kampanye hitam bikin bangsa ini terpecah-belah lagi.

Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang bisa mempromosikan persatuan, kedamaian dan keadilan. Kalau ada calon pemimpin yang mengibaskan kebencian, kita harus sadar bahwa dia enggak mengerti apa makna Bhinneka Tunggal Ika yang sebenarnya.

Semua orang bisa melakukan apa saja demi menang. Tapi kita yang menentukan siapa pemenangnya.

 

Spread love,

hiLda