Sudah tiga purnama berlalu. Tapi sampai sekarang Jenny belum paham kenapa Mike, sang mantan kekasih yang dulu begitu mencintainya, tiba-tiba mutusin dia tanpa peringatan sama sekali. Mereka sudah pacaran sejak SMA. Artinya sudah sepuluh tahun lebih mereka bersama. Jenny enggak pernah bisa ngebayangin kalau dia harus bersama cowok lain selain Mike. Mike is the one and only for her. Tanpa Mike hidupnya kehilangan arah. Hampa. Gak berwarna. Dia gak bisa tertawa. Makan juga gak nikmat. Yang dia pikirin cuma kesalahan apa yang di buat sehingga Mike meninggalkannya.

Alasan pertama yang terpikirkan olehnya adalah karena Jenny belakangan ini terlalu sibuk bekerja. Setelah pindah kantor ke perusahaan multinational yang tuntutannya tinggi, Jenny enggak bisa sering-sering lagi makan malam bareng Mike. Dia lebih sering makan malam di kantor belakangan ini sambil berusaha ngeberesin tumpukan kerjaannya yang gak habis-habis. Bukannya Jenny gak suka sama kerjaan barunya. Gajinya cukup tinggi. Dan dia mendapat kepercayaan besar dari bosnya. Ini bikin dia jadi lebih percaya diri karena selama ini dia enggak pernah dikasih tanggung jawab sebesar ini. Lagipula, dengan gajinya yang naik tiga kali lipat, cita-citanya untuk beli rumah bareng Mike bisa lebih cepat terlaksana.

Masa sih Mike enggak sadar kalau dia ngelakuin ini juga buat masa depan mereka? Jenny bukan orang ambisius yang cuma ngutamain karir. Dia sayang sama Mike. Dan selalu mencoba ngasih perhatian walaupun kerjaannya terus menggunung. Tapi terakhir kali mereka bertemu, Mike cuma bilang, “Sorry, kayaknya kita udah gak sejalan lagi.” Gak sejalan? Gimana bisa gak sejalan sih? Jenny benar-benar gak paham.

Atau… Jangan-jangan sebenarnya Mike ngerasa minder karena sekarang gaji Jenny jauh lebih besar daripada gajinya? Katanya, ego cowok akan tergelitik kalau ceweknya lebih sukses dari dia. Banyak hubungan rusak gara-gara si cowok merasa terintimidasi oleh kesuksesan ceweknya. Mereka merasa kejantanan mereka terkalahkan ketika si cewek punya penghasilan yang lebih besar dari mereka. Entah karena mereka memang dibesarkan dengan cara itu, atau memang genetis mereka yang bikin mereka merasa harus selalu jadi yang superior kayak singa gunung. Primitif sekali.

Jenny tahu Mike bukan cowok yang berpikiran dewasa dan bijaksana kayak Jay Shetty. Tapi masa sih dia bisa berpikiran sempit kayak gitu? Kalau kesempatan baik datang di depan matanya, masa Jenny harus menolaknya hanya demi ngemanjain ego Mike? Ini hidupnya. Ini masa depannya. Jenny berhak dong ngambil pekerjaan apapun yang dia mau. Masa iya Mike berharap dia melewatkan kesempatan sekali dalam seumur hidupnya ini cuma supaya Mike terus yang jadi lebih unggul di antara mereka. Enggak adil dong. Gak bisa apa dia ngalah sekali-sekali?!

Tapi, kalau dipikir-pikir, gak mungkin Mike sampai serendah itu sih. Dia bukan cowok kolot yang suka ngerendahin pasangannya. Gak mungkin juga dia berpikiran seegois itu. Dia sering banget mengalah selama sepuluh tahun ini. Malah kadang-kadang, dia ngerelain kulit ayam KFC kesukaannya disambet sama Jenny.

Ngomong-ngomong soal KFC, belakangan ini gara-gara sering cari makan siang yang cepet, Jenny makin sering makan KFC yang ada di lantai bawah kantornya. Akibatnya, berat badannya naik 5 kilo dalam waktu yang singkat. Apa gara-gara itu Mike mutusin dia? Gara-gara dia jadi gendut dan udah gak cantik lagi di matanya? Ahhhh!!!

“Woi. Udah cukup kali diaduknya. Kan tadi dibilangin ngaduk bobanya cukup 18 kali aja. Kalau lo aduk sebanyak itu, tuh boba lama-lama bisa jadi cendol kali,” hardik Tasya, teman terbaik Jenny yang lagi sama-sama memegang segelas brown sugar boba milk Xing Fu Tang di tangannya.

“Capek banget gue ngantri sejam cuma buat segelas boba,” keluh Jenny

“Halah. Dari tadi lo ngantri sambil bengong juga. Kenapa sih lo? Masih mikirin Mike ya?” kata Tasya to the point kayak biasanya.

Jenny terdiam. Kayaknya gak usah dijawab juga Tasya udah tahu jawabannya.

“Ngapain sih lo masih mikirin dia. Udah lewat tiga bulan juga. Udah cukup kali masa berkabungnya. Waktunya lo move on, Jen!!” kata Tasya gemas.

“Ya lo enak, Sya, selama ini lo gonta-ganti pacar udah sesering ayam bertelor. Gue nih sepuluh tahun sama Mike. Sepuluh tahun!! Kenapa sih dia ngelakuin ini ke gue setelah sepuluh tahun kita jalan bareng. Dia tuh kayak buang-buang waktu gue aja tahu gak?!”

“Jadi lo bakal lebih happy kalau dia mutusin lo lebih awal gitu?” kata Tasya sarkastis.

“Ya enggak jugaaa…” protes Jenny,” Gue sebel aja. Ngerti ga sih lo… Kenapa dia mutusin gue. Kenapaaa… Sepuluh tahun kan bukan waktu yang singkat. Kenapa kalau kita cocok selama sepuluh tahun, terus tahu-tahu sekarang kita enggak cocok lagi? Kenapa hati dia berubah? Apa dia ketemu cewek lain yang lebih cantik? Apa gue sekarang udah gak menarik lagi?”

Okay. Stop. Stop!” cegat Tasya, “Kenapa juga lo jadi nyalahin diri lo sendiri sih?! Apa hubungannya tingkat kemenarikan lo dengan kecocokan lo sama Mike? Emangnya dia pacaran sama lo cuma gara-gara tampang lo doang? Dia gak sedangkal itu kali, Jen…”

“Ya terus kenapaaaaaa….?” rengek Jenny hampir berair mata, “Kenapa dia mutusin gue, Sya. Kenapaaa….??”

“Aduh… Jenny. Sobat gue yang paling kece dan gue sayangin. Coba dijawab. Lo pernah tahu gak kenapa boba bentuknya bulat?”

“Enggak. Emang kenapa?”

“Lo tahu gak kenapa brown sugar dicampur susu rasanya enak banget?”

“Ya emangnya enak aja. Emang ada alasannya?”

“Dan lo tahu gak kenapa boba yang dicampur brown sugar dan susu bisa jadi se-booming ini sekarang?”

“Ya karena marketing gila-gilaan kali. Mana gue tahu.”

“Nah… Exactly!!! Lo gak tahu. Dan banyak hal yang mungkin lo gak tahu dan memang gak perlu tahu. Salah satunya adalah alasan kenapa Mike mutusin lo!! Lo gak perlu tahu! Buat apa lo tahu?!”

Jenny tertegun.

“Ya gue pengen tahu alasannya supaya lain kali gue bisa lebih baik dan gak ngulangin kesalahan yang sama.”

“Emangnya lo mau balik lagi sama Mike?”

“Enggak lah. Gue kapok diginiin sama dia.”

“Kalau gitu, suatu hari nanti kalau lo punya pacar lagi, lo akan pacaran sama cowok baru yang mungkin beda 180 derajat sama Mike. Jadi apanya yang perlu lo perbaiki? Kan beda orang. Ngapain lo pusingin sih!”

Jenny tertegun lagi. Sobatnya yang satu ini emang cuek setengah mati. Tapi dia bisa tiba-tiba jadi bijaksana dan ngomongin sebuah fakta yang nyata tapi gak kelihatan sama mata orang lain.

“Intinya ya, Jen, lo harus MOVE ON dari Mike! Udah jadi keputusan dia buat pergi dari hidup lo. Kalau lo sendiri yang terus-terusan mikirin dia dan ngembaliin dia ke dalam hidup lo lewat pikiran-pikiran lo yang gak berguna itu, lo sendiri yang bakal rugi. Siapa yang tahu kalau Mike ternyata udah ketemu cewek baru di luar sana.”

“Dasar cowok brengsek!!!” geram Jenny.

“Sabar, sabar, Bu…. Kan ‘kalau’ gue bilang juga….” imbuh Tasya cepat-cepat.

Jenny tahu apa yang dikatakan sobatnya itu benar. Perasaannya yang masih terluka lah yang mengharapkan jawaban atas segala penderitaan yang dia rasakan. Tapi sejatinya, memang dia enggak membutuhkan jawaban itu. Buat apa? Buat apa dia tahu kenapa? Kalau pun dia tahu kenapa, enggak akan bikin rasa sakit di hatinya jadi lebih ringan. Dia akan tetap sedih. Hatinya akan tetap pedih. Dan dadanya akan tetap terasa tertekan seperti ini.

Tasya menyeruput habis boba miliknya sampai berbunyi keras. Membangunkan Jenny lagi dari lamunannya.

“Kalau lo ngelamun terus, boba lo gue habisin juga nih. Biar lo ngantri lagi sana sejam sambil bengong kayak tadi kalau lo masih belum puas mikirin Mike.” kata Tasya galak.

“Gak… Gak… Enak aja lo mau ambil boba yang gue beli pake keringat ini.”

“Beli pake duit kali….”

“Kalau gue punya duit tapi gak rela ngantri juga gak akan bisa beli kali…”

Tasya tertawa keras. Jenny ikut tertawa. Tawa jujur pertama yang rasanya dia keluarkan selama tiga bulan ini.

Ya. Mungkin rasa sakit ini masih ada. Masih sulit rasanya bagi Jenny untuk move on sekarang. Tapi seiring berjalannya waktu, rasa sakit ini akan berkurang. Dan suatu saat nanti, Jenny pasti akan bisa memandang kembali ke momen ini sambil tersenyum dan mengambil hikmah dari segala yang sudah terjadi.

Biar waktu yang menyembuhkan. Biar luka ini mengering dan pulih dengan sempurna.

Sementara itu, Jenny akan tetap tersenyum dan menjalani hidupnya sebahagia mungkin.

***

Thanks for reading this! Kalau kamu suka sama artikel ini, jangan lupa untuk share ke teman-teman kamu ya!

Leave your comment below. Dan follow juga Instagram @just.hilda untuk selalu dapat update terbaru dari blog Just Hilda. Jangan lupa share artikel ini ke teman-teman kamu juga ya!

Spread love,

PS: Cerpen ini sama sekali TIDAK disponsori oleh Xing Fu Tang. Penulis gemes aja sama panjangnya antrian dan perjuangan yang dibutuhin cuma demi dapetin satu gelas boba itu. 🤣