Cerita di MRT Jakarta
Sore itu gue berjalan keluar dari Pacific Place lewat lantai basement. Dari sana ada sebuah tunnel yang mengarah ke trotoar Jalan Sudirman. Trotoarnya lebar dan ditata dengan cantik. Hm, pemandangan yang enggak biasa. Karena biasanya Jakarta adalah kota yang enggak ramah sama pejalan kaki.
Dari situ gue belok ke arah lift yang menuju ke stasiun MRT di bawah. Lift itu terbungkus kaca yang bersih dan terawat. Ah! Rasanya udah kayak di luar negeri aja. Begitu juga waktu gue keluar dari lift, rasanya gue enggak lagi di Jakarta. Mengingatkan kali pertama gue naik MRT di Singapore. Bersih, rapi dan modern. Wow! Ternyata Indonesia bisa juga ya punya beginian.
Udah Kayak Wahana Wisata
Lucu ya. Sebuah moda transportasi yang udah sangat umum di negara tetangga, hari ini di Jakarta masih padat pengunjungnya tapi tujuan mereka bukan mau berkendara. Tapi mau jalan-jalan aja. Nyobain naik MRT. Udah kayak tempat wisata aja (– termasuk gue salah satunya, LOL!). Ironis, karena setelah bertahun-tahun lamanya, kok ya baru sekarang sih Indonesia bisa punya beginian. Tapi juga menyenangkan: Ah! Akhirnya Indonesia bisa juga punya beginian.
Terlintas masa-masa suram gue harus naik bus untuk pergi ke kantor dulu waktu baru lulus kuliah. Bus umum super besar yang super padat dan bau ketek. Berdebu dan penuh pedagang yang teriak “Cangcimen!!”. Ditambah tulisan-tulisan berbahasa China yang menandakan bus ini udah dibuang dari sana tapi masih aja dipakai di negara yang kaya ini. Inikah yang namanya negara kaya? Penduduknya masih harus dempet-dempetan di bus kumuh yang udah gak layak pakai! Padahal mereka inilah yang menggerakkan roda perekonomian!
Tapi itu dulu. Tahun 2009. Dengan begitu banyak drama dan cerita akhirnya Jakarta bisa berubah. Semakin layak untuk disebut ibukota. Gak malu-maluin lagi kalau dibandingkan dengan Singapore atau Kuala Lumpur. Seenggaknya, sekarang Bangsa Indonesia membuktikan bahwa kita adalah bangsa beradab yang bisa punya kereta canggih.
Barang Baru buat Warga Jakarta
Memang banyak warga Jakarta yang belum familiar sama MRT. Gue masih banyak menyaksikan berkali-kali orang-orang yang gak paham cara masuk ke stasiun. Padahal caranya super gampang. Cuma tinggal tap kartu, terus masuk. Tapi masih ada aja yang gagal paham. Haha!
Ya sudahlah ya. Jangan dihujat juga. Maklum aja barang baru. Kalau gue kebetulan beruntung udah pernah nyobain naik di negara lain. Jadi udah paham caranya. Buat mereka yang sama sekali belum pernah mungkin masih bingung. Ya kasih aja mereka waktu. Lama-lama mereka juga bakal lebih fasih menggunakan fasilitas ini. Jadi enggak perlu lagi ada antrian gak penting cuma gara-gara ada yang gak juga berhasil masuk ke dalam stasiun setelah berkali-kali mencoba.
Lifestyle Upgrade
Ini yang gue sebut menaikkan harkat hidup warga Jakarta. Mereka yang dulunya gak paham cara kerja stasiun MRT yang canggih, sekarang paham kalau teknologi ternyata bisa sekeren ini. Mereka yang dulu harus berkotor-kotor naik bus berdebu tanpa AC, sekarang bisa ngerasain transportasi murah yang nyaman dan sejuk.
Bahkan ada anak-anak yang naik di dalam kereta pun begitu terkagum-kagum sama kecepatannya. Belum lagi pemandangannya. Baru kali ini gue bisa melihat kota Jakarta dari atas kayak begini. Karena biasanya gue berada di dalam mobil di ketinggian ini. Jadi gak bisa ngelihat pemandangannya secara langsung dari dekat kayak begini.
Ini dilemanya. Karena warga Jakarta udah sekian lama menggunakan alat transportasi yang “hancur lebur”, sanggupkah kita menjaga semua fasilitas yang baru ini dengan baik atau malah membawa kebiasaan-kebiasaan lama kita ke sini dan merusaknya?
Ada yang bilang: “Ah! Ngapain lah bikin MRT di Jakarta. Sebentar juga rusak.” Orang-orang nyinyir macam inilah yang harus dibungkam dengan kemampuan warga Jakarta untuk menjaga barang canggih dan mahal yang dibangun begitu lama dengan biaya yang begitu banyak. Buktiin ke mereka kalau kita bisa merawat MRT ini. Hari ini stasiun MRT Jakarta rasanya kayak di Singapore. Buktiin dong sampai bertahun-tahun ke depan kalau stasiun ini tetap bisa jadi kayak begini. Jangan dirusak. Jangan dikotorin. Ayo dirawat yang baik. Pemerintah udah bikinin ini buat warga semua. Jangan disia-siakan.
Thank You, Pak Jokowi!!
Aduh! Gue benar-benar terharu waktu naik MRT ini! Thanks God! Akhirnya Jakarta semakin maju. Sekarang anak baru lulus kuliah yang belum mampu punya mobil gak perlu maksa naik taksi supaya bisa sampai di kantor dengan baju yang rapi. At least, mereka enggak perlu ngerasain apa yang gue rasain waktu mau interview dulu di tahun 2009. Jakarta udah semakin ramah buat orang kecil kayak gue. Semoga jargon “kerasnya ibukota” lama-lama juga bisa punah.
Dan personally gue mau berterima kasih sama Pak Jokowi buat semuanya ini. Dalam masa pemerintahan beliau sebagai gubernur MRT dimulai. Dan dalam masa pemerintahan beliau sebagai presiden MRT akhirnya bisa beroperasi di Indonesia. Ini sebuah milestone yang luar biasa, Pak! Apalagi buat kaum milenial seperti saya.
Dulu saya mengidam-idamkan kerja di Singapore supaya bisa pergi ke kantor pakai high heels sambil naik kendaraan umum. Gak pernah kesampaian, Pak. Saya selalu pakai sandal jepit karena kerasnya perebutan kursi di bus U23. Perebutan kursinya sesengit perebutan Iron Throne, Pak! Tapi sekarang dengan adanya MRT, dengan jalannya yang mulus itu, seenggaknya cewek-cewek gaul bisa tampil kece sambil naik kendaraan umum tanpa harus takut jatuh pas ngelompat turun dari tangga bus yang sopirnya menolak nginjak rem sampai benar-benar berhenti.
Terima kasih, Pak Jokowi, untuk MRT pertama di Indonesia. Semoga kota-kota lainnya bisa segera menyusul. Dan Indonesia bisa benar-benar menjadi negara yang kaya. Bukan cuma di slogan aja. Tapi benar-benar tercermin dari kehidupan para penduduknya yang aman, rapi dan modern. Supaya kita enggak malu kalau harus bersaing dengan negara-negara tetangga kita yang semakin pesat perkembangannya di kancah internasional.
Jangan berhenti membuat perubahan positif untuk Indonesia, Pak! We count on you. ❤️
Thanks for reading my chatter.
Spread love,