Berikut ini adalah teaser dari buku My Tiny Miracle. Halaman ini hanya mencakup sebagian dari isi bab yang sebenarnya di dalam buku. Selamat menikmat… Dan kalau kamu suka dengan bukunya, kamu bisa langsung memesannya bukunya lewat Shopee dan Tokopedia. Atau kamu juga bisa beli eBook nya di Google Play Book. Klik gambar di bagian bawah halaman untuk direct link-nya. Terima kasih!

Seharusnya ada kursus yang mengajarkan hal ini buat semua perempuan yang mau hamil dan punya anak: Apa yang SEBENARNYA Terjadi Ketika Kamu Hamil dan Bagaimana Rasanya. Bukan hanya cerita tentang bagaimana berbunga-bunganya ketika melihat dua garis biru atau bagaimana intim dan romantisnya masa-masa kehamilan ketika ada kehidupan baru di dalam rahim kita. No! Sudah banyak yang menceritakan tentang hal itu. Tapi hal-hal yang kurang mengenakkan atau apa yang SEBENARNYA terjadi: segala sakit, mual, pusing, perubahan fisik dan mental, belum banyak yang berani ngomong secara terbuka. Akibatnya, menurut gue, gak ada yang mempersiapkan gue untuk fase itu sebelumnya. Hingga akhirnya gue berada di posisi itu sendiri, gue baru sadar bahwa ternyata hamil itu ENGGAK GAMPANG

apa yang dirasakan setiap wanita berbeda-beda ketika hamil. Ada yang gak berasa apa-apa tahu-tahu sudah lewat sembilan bulan lalu melahirkan, tapi ada juga yang punya morning sickness parah selama berbulan-bulan sampai gak bisa ngapa-ngapain. Dalam kasus gue, di awal kehamilan gue merasa baik-baik aja. Paling enggak selama sebulan pertama. Enggak ada rasa mual sama sekali, energi gue masih normal, dan gue bisa menjalani hari-hari seperti biasa. 

Beberapa bulan sebelumnya gue sudah merencanakan mau jalan-jalan ke Vietnam sama teman-teman gue. Rencana sudah dibuat dari jauh-jauh hari, bahkan sebelum gue hamil. Kami bahkan bikin kaus kompakan yang rencananya akan kami pakai di sana. Semua sudah aman, tinggal booking hotel dan tur aja. 

Ketika cek rutin ke dokter kandungan, gue sempat bilang ke Pak Dokter bahwa gue ada rencana pergi ke Vietnam. Pak Dokter termasuk dokter yang santai juga, makanya gue cocok sama dia. Dia gak ngelarang gue pergi ke Vietnam asal gue masih kuat dan gak ada gejala kehamilan yang berat. Dan memang di bulan pertama gue merasa baik-baik aja—gak ada morning sickness, mual, ataupun muntah. Jadi gue bertekad untuk tetap menjalankan rencana pergi ke Vietnam. 

Tapi ternyata, karena kondisi gue yang lagi hamil, orang-orang di sekitar gue yang malah enggak mengizinkan gue untuk pergi dengan alasannya karena masih hamil muda. Menurut mereka, akan berbahaya untuk ke luar 

apalagi naik pesawat. Memang ada mitos yang bilang bahwa ibu hamil enggak boleh terbang dalam pesawat pada trimester pertama dan ketiga. Padahal, kenyataannya, bepergian dalam kabin pesawat yang diatur tekanan udaranya tidak akan mencelakai bayi dalam fase kehamilan apa pun1 (selama bukan dalam kondisi hamil tua dan sudah dekat dengan waktunya melahirkan, ya). 

Gue tahu larangan mereka berdasarkan pada rasa sayang mereka sama gue. Mereka juga sayang sama anak gue. Tapi yang mereka gak sadar adalah bahwa gue JAUH lebih sayang sama anak gue. Dan gue JAUH lebih tahu sebatas mana kemampuan gue. Apa mereka pikir gue akan memaksakan diri gue ketika gue udah gak sanggup sehingga membahayakan anak gue sendiri? Tentu enggak, dong! Lebih lagi, menurut Pak Dokter, janin yang memang harus dilahirkan akan terlahir gak peduli apa pun yang kita lakukan. Janin yang memang kurang sempurna akan gugur gak peduli seberapa keras pun kita mempertahankannya. Jadi, menurut dia, secara medis gak ada alasan apa pun yang melarang gue untuk pergi. Tapi secara sosial, kalau gue tetap pergi, gue akan dianggap ceroboh dan enggak sayang sama anak gue. Ouch! Sakit banget rasanya. 

Di sini gue baru sadar bahwa ternyata menjadi wanita hamil bukan hanya fisik kita aja yang berubah, tapi juga cara orang-orang memandang kita. Wanita hamil dianggap sebagai seorang makhluk rentan yang rapuh. Kadang bahkan ada yang bilang kalau hormon kehamilan bikin cara berpikir kita jadi enggak lurus. Mungkin ada benarnya, karena ketika hamil rasanya kita jadi lebih emosional. Mungkin itu terjadi karena insting keibuan kita yang menjadi lebih tajam untuk melindungi bayi yang ada di dalam rahim kita. Tapi bukan berarti bahwa kita berubah menjadi orang bodoh ketika hamil! No! Wanita hamil masih tetap bisa berpikir lurus dan mengerti apa yang menjadi batasan kita. We still know our limits because we are not turning into idiots! 

Klik gambar di bawah ini untuk pemesanan buku ya!

Buku My Tiny Miracle – Motherhood, Pre-eclampsia and Prematurity

Mau tahu lebih banyak tentang buku ini? Follow Instagram @my.tiny.miracle ya!

This error message is only visible to WordPress admins

Error: No feed with the ID 1 found.

Please go to the Instagram Feed settings page to create a feed.