It’s Okay to be Ordinary
Informasi itu seperti pandora box. Semakin banyak kita tahu, semakin banyak pilihan yang bisa kita ambil.
Hah? Memangnya salah? Enggak juga sih. Pilihan bukanlah sesuatu yang buruk. Karena dengan adanya pilihan, kita jadi merasa memiliki kontrol atas hidup kita sendiri. Dan itu adalah hal yang baik. Karena kita tahu bahwa hidup kita tidak ditentukan oleh orang lain selain diri kita sendiri.
Masalahnya, ketika kehidupan memberi kita terlalu banyak pilihan, kenyataannya kita malah jadi pusing sendiri. Terlalu banyak pilihan tidak membantu kita dalam membuat keputusan. Karena dengan pilihan yang terlalu banyak, kita malah jadi ragu-ragu untuk bahkan membuat keputusan. Bagaimana kalau keputusan yang kita ambil bukanlah jalan yang terbaik? Gimana kalau ternyata setelah kita mengambil keputusan itu ternyata ada lagi pilihan baru yang lebih baik? Oh no! Sial banget kalau sampai gue enggak mengambil pilihan yang terbaik!
Nah itu dia masalahnya. Terbaik. Sempurna. Perfect.
Prefection is Overrated!
Memang apa salahnya kalau kita enggak mengambil pilhan yang terbaik? Hidup itu kita jalani dengan adanya waktu yang bergulir tanpa henti. Jadi dengan mudah kita dapat membuat pilihan baru setiap saat. Sehingga yang kita perlukan hanyalah membuat keputusan yang terbaik di satu waktu dan mencukupkan diri akan hal itu. Kita enggak perlu membuat keputusan yang TERBAIK di saat itu untuk seumur hidup kita kok! Karena kalau ternyata pilihan yang kita ambil di masa lalu itu terbukti bukan yang terbaik buat kita sekarang, so what?! Memangnya ada satu orang saja di dunia ini yang hidupnya sempurna dan gak pernah berbuat salah? ENGGAK ADA!
Jadi kenapa kita harus takut untuk membuat kesalahan? Apa kita takut untuk jadi enggak sempurna? Memangnya kalau kita enggak sempurna dan jadi manusia biasa apa salahnya?
Salahkah bila kita menerima bahwa diri kita hanyalah manusia biasa? Salahkah bila kita merasa berpuas diri dengan rumah kita yang biasa, pekerjaan kita yang biasa, dan aktifitas kita sehari-hari yang biasa aja? Haruskah kita terus berpacu dengan waktu untuk menjadi lebih sempurna dan lebih sempurna lagi? Mengejar sebuah citra yang ditampilkan dengan begitu cantiknya di sosial media tapi sebenarnya enggak nyata? Perlukah semua keresahan dan jerih payah itu?
Mungkin ada yang merasa perlu. Gak apa-apa. Mungkin kalian memang sedang ingin membuktikan sesuatu. Kadang-kadang gue pun melakukan itu.
Tapi sadarilah bahwa bila kita terus berada di situasi itu, sebenarnya kita sedang menyiksa diri kita sendiri.
Yes… Pain is good… sometimes.
Tapi kalau kita terus-menerus menyiksa diri kita sendiri, pastinya yang paling rugi adalah diri kita sendiri juga.
Ada waktunya kita harus menerima bahwa kita hanyalah manusia biasa. Dan enggak apa-apa kok kalau kita hanya menjadi seorang manusia biasa.
Yang gak sempurna, yang gak punya banyak untuk dibanggakan. Yang hanya menjalani hari-hari kita yang biasa dengan cara yang biasa.
Enggak apa-apa. Serius… Enggak apa-apa.
It’s okay to be ordinary. Because most people are just like that. Ordinary.
So being ordinary doesn’t make us lazy or unpassionate. It just makes us normal.
And it’s okay to be normal. Because that’s just how God made us. An ordinary people with an ordinary life.
Thanks for reading this! Kalau kamu suka sama artikel ini, jangan lupa untuk share ke teman-teman kamu ya!
Leave your comment below. Dan follow juga Instagram @just.hilda untuk selalu dapat update terbaru dari blog Just Hilda. Jangan lupa share artikel ini ke teman-teman kamu juga ya!
Spread love,