Ini adalah sebuah endemik. Ketika masyarakat urban lebih mementingkan penampilan luar daripada apa yang sebenarnya terjadi di dalam dirinya. Ketika mereka lebih banyak memusingkan apa yang orang pikirkan tentang dirinya, daripada apa yang sebenarnya dia pikirkan tentang dirinya sendiri. Supaya orang lain mau berelasi dengannya, dia memakai sebuah kedok yang membuat orang berpikir kalau kehidupannya sempurna. Dia pura-pura bahagia. Supaya orang lain enggak melihat seperti apa kehidupannya sebenarnya di balik layar.

When You Live A Fake Life

People buy things they don’t need, with money they don’t have, to impress people they don’t like.

– Anonymous

Ada banyak banget fakta menyakitkan di dalam kutipan di atas. Yang ngegambarin gimana kehidupan yang penuh kepura-puraan itu udah mendarah daging dalam pola hidup masyarakat kita.

Pertama, people buy things they don’t need. Apa lo pernah beli sebuah barang yang sebenarnya lo enggak butuh cuma buat bikin orang berdecak kagum? Okay, gak perlu barang deh. Bisa juga sebuah pesta pernikahan, atau sebuah pre-wedding photo shoot, atau sebuah liburan ke luar negeri. Bisa macam-macam bentuknya. Tapi basically, itu adalah hal-hal yang sebenarnya gak lo butuhin untuk kehidupan lo, atau bahkan lo gak suka sama sekali juga sebenarnya, tapi lo lakukan supaya dapat approval dari orang lain. Pernah? Gue pernah. Jujur aja. Dan itu sangat enggak bijaksana. Karena sebenarnya apa yang gue butuhin bisa diganti dengan hal serupa yang harganya lebih murah. Tapi gue memilih untuk membeli yang lebih mahal hanya untuk gengsi. Bukan semata-mata karena kualitas. But just to make people think highly about me. Ouch! I learned the hard way. And I intend to change that.

Kedua, with money they don’t have. Ketika kita beli barang atau ngelakuin sesuatu yang enggak kita butuhin itu, apa kita sebenarnya mampu membayarnya atau enggak? Mungkin kita punya uang berlimpah di rekening kita sekarang. Tapi apa kita udah pertimbangin juga kehidupan kita di masa depan? Apa uang yang kita punya sekarang udah kita sisihkan untuk dana pendidikan anak? Atau dana pensiun kita sendiri nanti? Jangan sampai kita ngeluarin uang untuk beli barang-barang tersier itu dari dana yang seharusnya kita sisihkan untuk masa depan kita. Apalagi kalau sampai ngutang. Itu malah lebih parah. Karena kalau kita menganggap beli tas mewah seharga puluhan juta sebagai investasi, percaya deh, investasi itu enggak akan berbuah sebaik dana pensiun atau dana pendidikan buat anak kita nanti. Set your priority right.

Ketiga, to impress people they don’t like. Dan ini adalah kenyataan yang paling pahit. Ketika kita melakukan semuanya itu hanya untuk membuat seseorang yang sebenarnya enggak signifikan dalam hidup kita terkagum. Apa kekaguman orang itu berarti banget buat kehidupan kita? Apa dengan kekagumannya kualitas hidup kita bakal bertambah? Seringkali, jawabannya enggak. Karena sebenarnya, kalau itu orang memang berarti buat kita, dan kita pun berarti buat mereka, kita enggak perlu melakukan hal-hal itu hanya untuk bikin mereka kagum. It’s a fake impression. Which also produce a fake friendship. Do we really want that?

Stop Pura-Pura Bahagia

It’s time for us to start living honestly. Ada kalanya kita lagi sedih, dan kita tutup-tutupin kesedihan kita itu supaya orang enggak tahu kita lagi punya masalah. Ketika perasaan sedih enggak kita biarkan mengalir, kesedihan yang tertahan itu bakal membludak suatu hari nanti dan menghasilkan masalah baru yang lebih parah pastinya. Ketika kita lagi sedih, kita enggak perlu takut untuk menunjukkan kesedihan kita.

Share your wounds when you’re ready. Sebenarnya dengan membagikan kesedihan kita dan hikmah yang kita dapat dari pengalaman yang menyakitkan itu, kita bisa jadi merasa lebih baik. Dan kita juga membantu orang lain yang mungkin ngerasain hal yang sama untuk bisa ngelewatin masalah itu.

Tapi, jangan juga membagikan kisah sedih kita di muka publik kayak drama sinetron. It’s one thing to live honestly, it’s another thing to make our life a spectacle for others. Hidup yang jujur bukan berarti jadi kayak bintang reality show yang mempertontonkan segala derita kehidupannya, yang bahkan kadang dilebih-lebihkan yang bikin “reality” itu jadi kebohongan juga pada akhirnya. Pilah apa yang perlu kita buka ke muka umum dan dengan cara apa sebaiknya kita membukanya. Enggak semua aspek kehidupan kita perlu dibuka di muka umum hanya demi menunjukkan sejujur apa kita ngejalanin hidup kita.

Jadilah Benar-Benar Bahagia

Kebahagiaan yang sebenarnya adalah ketika kita bisa ngejalanin hidup semau kita tanpa harus mikirin apa yang orang lain pikirin tentang kita. At least that’s what I think. It’s true freedom, you know.

Tapi, kalau boleh jujur, dalam kehidupan bermasyarakat begini, at certain degree, kita perlu mikirin apa yang orang lain pikirin tentang diri kita. Karena kita perlu bersikap dengan etika yang dianggap pantas oleh orang sekitar kita. Kita perlu bertutur kata sopan yang enggak menyinggung orang yang kita ajak bicara. True freedom is great. But nobody can live with absolute freedom, unless you’re living alone in the woods. Haha!

Jadi, meskipun harus tetap punya batasan, kita bisa juga kok jadi benar-benar bahagia dengan tetap jujur sama diri sendiri. Gak usah berpura-pura. Be your own self! If you like it, do it. If you don’t like it, get yourself out of it. Mungkin kita enggak bisa jadi sepenuhnya jujur sama orang lain. Tapi seenggaknya, kita pasti bisa jujur sama diri kita sendiri.

Akui sama diri lo sendiri ketika lo sedih. Biarkan kesedihan lo diproses sama otak dan pikiran lo. If needed, take some time alone for yourself. Sampai pada akhirnya lo sanggup untuk bangkit dan kembali jadi diri lo sendiri. Hal yang sama bisa lo lakukan juga dengan perasaan marah, kecewa, atau segala hal gak mengenakkan lainnya yang mungkin lo rasain. You need to be okay with not being okay. It’s okay to cry. It’s okay to be angry. Nothing is perfect. Nobody has a perfect and flawless life.

Jadi, jangan tutupin perasaan negatif lo itu. Apalagi kalau lo tutupin dengan hal-hal yang enggak ngebantu lo memproses perasaan negatif itu sama sekali, kayak barang-barang mewah yang sebenarnya di luar kemampuan finansial lo atau approval dari seseorang yang pada dasarnya gak peduli sama lo.

Don’t fool yourself! Be true to yourself! And eventually you can be truly happy and leave your fake life behind.

Thanks for reading this! Kalau kamu suka sama artikel ini, jangan lupa untuk share ke teman-teman kamu ya!

Leave your comment below. Dan follow juga Instagram @just.hilda untuk selalu dapat update terbaru dari blog Just Hilda. Jangan lupa share artikel ini ke teman-teman kamu juga ya!

Spread love,