Di masa-masa gue masih jadi programmer, pekerjaan gue menuntut gue melakukan banyak debugging. Buat yang gak ngerti apa itu debugging, bayangkan kalian harus baca novel yang panjaaaaaaang banget cuma isinya bukan cerita melainkan code. Dan kalian harus mencari satu atau dua line of code yang menyebabkan program itu engak berjalan sebagaimana mestinya. Tedious! Yes! Sangat melelahkan dan membosankan.

Kadang-kadang gue sampai hopeless banget melakukan debugging, sampai akhirnya gue melakukan satu hal cerdas yang pastinya juga akan dilakukan programmer mana pun di dunia: coba restart server lalu berdoa bug-nya hilang sendiri. Haha! And most of the times, IT WORKS! 🤣

2020 Is Like a Long and Endless Debugging For Me

Photo credit: freepik.com

Suatu hari di pertengahan Maret 2020, kehidupan kita semua di Indonesia berubah drastis. Buat gue, saat itu gue lagi belanja di Aeon Mal sambil nungguin anak gue selesai sekolah. Hari itu berawal kayak hari biasa. Meskipun rak-rak di supermarket banyak yang kosong karena banyak panic buyer yang nimbun semua kebutuhan pokok tanpa alasan yang jelas. Gue tetap belanja secukupnya aja lalu pergi menjemput anak gue pulang sekolah.

Tapi gue gak pernah menyangka bahwa itu akan jadi hari terakhir anak gue bisa menginjakkan kakinya di sekolah. Bahwa itu kali terakhirnya gue bisa belanja di supermarket tanpa harus pakai masker. Dan kehidupan masa pandemi pun dimulai.

Anak gue harus sekolah di rumah. Suami gue kerja di rumah. Dan gue yang biasanya suka muterin coffee shop sambil nulis gak bisa lagi ngelakuin itu. Dalam sekejap gue kehilangan rutinitas gue yang jadi pilar utama kehidupan gue. (– FYI, gue adalah orang yang sangat menyukai rutinitas. Hampir setiap hari, sejak gue masih kecil, gue sarapan roti tawar pakai ceres. Tanya aja suami gue kalau gak percaya.) Lebih lagi, setiap mau pergi ke tempat umum, hati selalu diliputi ketakutan dan rasa waswas. Sesuatu yang sangat biasa buat masa sebelum pandemi, sekarang jadi luar biasa menantang buat kita semua. Kayak pergi ke mal, supermarket atau bahkan nonton di bioskop.

You know, konsep debugging adalah menemukan apa yang salah lalu mengoreksinya supaya program dapat berjalan dengan benar. Kalau dianalogikan dalam hidup kita sekarang, dalam masa pandemi ini, kita tahu betul apa yang salah. Tapi enggak ada yang bisa kita lakukan untuk mengoreksinya. Kita enggak bisa mengembalikan hidup kita jadi kayak dulu lagi. Our lives changed drastically. And it happens for a long time! Sudah hampir 10 bulan kita hidup dalam pandemi. Dan mungkin, masih butuh berbulan-bulan lagi sampai kita bisa kembali ke kehidupan kita yang sebelumnya. That’s why it feels like an endless debugging… Karena bahkan sampai sekarang, kehidupan kita rasanya belum bisa berjalan dengan sebagaimana mestinya lagi. 😢

Restart The Server Please!

Photo credit: freepik.com

Jadi, mungkin memang sekarang sudah saatnya kita me-restart hidup kita. Dalam pikiran kita, kita mendambakan hidup yang normal seperti dulu lagi. Atau paling enggak sebagiannya aja deh. Tapi mungkin sampai sekarang kita masih belum bisa mendapatkannya.

Ketika kita enggak bisa mengubah keadaan, maka kita lah yang harus berubah. Atau paling enggak, kita bisa mengatur kembali ekspektasi kita supaya bisa dicapai dengan keadaan yang enggak mendukung ini. Kita bisa mengubah haluan atau kita bisa menurunkan standar kita. Bukan karena kita adalah orang gagal, tapi karena kita enggak mau jadi orang gagal. Apa salahnya bila kita me-restart hidup kita? Mungkin kita bisa menemukan tujuan baru. Atau memetik pelajaran dari segala himpitan problema selama 2020 yang kita jalani. Lalu kembali menjalani 2021 dengan semangat yang baru karena kita tahu arah mana yang kita mau tuju sekarang dengan kondisi kita yang serba terbatas ini.

Dan siapa tahu, dengan kita me-restart hidup kita, beban kita akan menjadi lebih ringan. Dan hidup kita di masa pemulihan pandemi ini bisa kita jalani dengan lebih menyenangkan. It might work! Just like when I used to restart the server in my programming days! 😁

Introducing my New Blog!

And I also restart my blog! Yeay!! 🎉

Blog ini sudah lama gue pelihara. Tapi selama 2020 gue cuma nulis kurang dari 10 artikel saking uninspired-nya. Jadi gue pun merasa, udah saatnya blog ini dikasih facelift. So it got a new look and a new name.

Funny thing. Udah lama gue pengen ganti nama blog gue. Tapi gue gak nemu-nemu nama yang pas. Sampai suatu hari gue mendapat ide nama Just Hilda ini. Niatnya buat ngasih tahu kalian bahwa gue namanya Hilda. Tapi setelah dipikir-pikir, gue sering banget terjebak dalam percakapan kayak gini:

Seseorang: Nama?

Gue: Hilda.

Seseorang: Nama belakang?

Gue: Hilda aja…

Karena gue gak punya nama belakang di akta lahir. 🤣

So, I guess this name might stick for a long time. Because it really defines me. LOL!!

Dan gue berharap blog ini bisa berdampak positif bagi kalian yang baca. Mungkin isinya cuma sekedar sharing pengalaman pribadi. Atau hal-hal gak penting lainnya. Tapi mungkin itu bisa bikin kalian merasa bahwa ada orang biasa lain yang merasakan hal-hal biasa yang kalian biasa rasakan loh! So you’re not alone! And yes! Whatever you’re going through, whatever you’re feeling, it’s normal. Because we’re just normal people living in a crazy world. 😝

Thanks for reading this! Kalau kamu suka sama artikel ini, jangan lupa untuk share ke teman-teman kamu ya!

Leave your comment below. Dan follow juga Instagram @just.hilda untuk selalu dapat update terbaru dari blog Just Hilda. Jangan lupa share artikel ini ke teman-teman kamu juga ya!

Spread love,