Shang Chi: The Legacy of A Family
Wah! Gak kerasa ya 2022 sudah mau lewat 1 bulan lagi. Dan di awal bulan Februari nanti kita akan merayakan Tahun Baru Imlek, atau yang sering juga disebut Xin Jia (– baca: sin cia, yang artinya tahun baru). Di aura perayaan dengan kebudayaan Chinese yang kental ini, kayaknya pas banget kalau gue ngebahas satu film Marvel Cinematic Universe yang kelewat gue bahas di tahun lalu. Film itu adalah Shang Chi and The Legend of The Ten Rings!
Yap, film dengan tokoh utama superhero Chinese pertama di dunia MCU ini cukup mindblowing menurut gue. Yang pertama karena rasanya beda banget ngelihat Simu Liu yang biasanya ngelucu di serial komedi Kim’s Convenience, kali ini beraksi gagah dan macho banget sebagai seorang pewaris geng mafia Ten Rings yang menolak tahtanya. Benar-benar beda! Dan yang kedua, gue sendiri senang banget bisa ngelihat Tony Leung beraksi lagi setelah puluhan tahun yang lalu gue pertama kali ngelihat dia bermain di serial TV To Liong To waktu gue masih SD. Haha! And he is aging very graciously 😍. Meskipun wajahnya berkerut dan dia kelihatan enggak muda lagi, tapi Tony Leung tetap kelihatan gagah memainkan karakter Wen Wu yang sudah hidup ribuan tahun lamanya.
Anyway, terlepas dari dua tokoh utama yang sangat strong dan ganteng (– baik yang muda maupun yang tua 😜), kisah di film ini juga membawakan tema keluarga yang sangat kental. Secara enggak sadar, film ini mengisahkan tentang konflik keluarga yang sebenarnya sering terjadi di tengah-tengah kita. Salah satu dari empat karakter keluarga Shang Chi ini pasti pernah kamu temui di dunia nyata, atau bahkan mungkin ada di dalam keluarga kamu sendiri. Gak percaya? Yuk kita coba kupas satu per satu.
1. The Redeemed Villain Dad
Pasti pernah dong mendengar istilah “Boys will be boys”. Meskipun menurut gue kalimat itu mengandung banyak sekali pembenaran akan hal-hal yang seharusnya bisa dilakukan dengan lebih baik oleh kaum pria, tapi banyak orang yang percaya akan kalimat itu dan menganggap bahwa bila seorang pria bersikap “nakal” adalah hal yang wajar karena dia seorang PRIA. Padahal, jujur saja, menurut gue pribadi, alasan itu sudah sangat kuno dan gak lebih daripada sekedar pembenaran. Karena ada juga kok cowok-cowok yang bisa bertidak hangat dan ramah, dan itu enggak mengurangi kejantanannya.
Terlepas daripada itu, ketika seorang bad boy menjadi seorang ayah, biasanya dia akan mengambil image seorang cowok nakal yang bertobat. Just like Wen Wu, ayahnya Shang Chi. Wen Wu banyak sekali melakukan kejahatan di masa lalunya, tapi dia bertobat setelah dia bertemu dengan istrinya. Masalahnya, ketika istrinya meninggal, Wen Wu kembali kepada jati dirinya yang lama dengan dalih membalas dendam. Bagaimana pun juga, hal ini seharusnya tidak dia lakukan. Karena bila dia memang benar-benar bertobat, dengan ada atau tidak adanya sang istri di sampingnya, seharusnya dia tetap tidak meninggalkan jalan kebaikan yang sudah dia pilih. Pertobatan yang sejati seharusnya datang dari penyesalan dari dalam hati, bukan karena seseorang atau sesuatu apapun.
Apa yang harus dilakukan bila ada seseorang seperti ini di keluargamu? Terima dia dan pertobatannya apa adanya. Jangan pernah menyangsikan niatannya untuk menjadi manusia yang lebih baik karena kepercayaan kita adalah dukungan yang sangat dia butuhkan. Ajarkan dia untuk menyadari bahwa pertobatannya tidak terikat pada sesuatu apapun selain keinginan hatinya sendiri untuk menjadi manusia yang lebih baik. Supaya ketika sesuatu itu hilang, dia tidak kembali ke jalan lamanya.
2. The Saviour Mom
Bertolak belakang dengan image “bad boy”, seorang perempuan biasanya lebih diterima secara sosial bila dia memiliki image “good girl”. Kita sering diajarkan bahwa wanita adalah seorang penolong. Seperti cerita Adam dan Hawa, Hawa hadir untuk menjadi penolong bagi Adam. Sehingga image yang tertanam dalam diri seorang wanita adalah dia harus menjadi penyelamat bagi keluarganya. Bila ada sesuatu yang terjadi di dalam keluarganya, sang ibulah yang menjadi orang pertama yang harus bertanggung jawab. Seperti bila ketika anaknya sakit, enggak ada makanan di rumah atau ketika rumah berantakan kayak kapal pecah. Pasti yang pertama kali dipertanyakan adalah, “Gimana sih ibunya, kok bisa begini.” Tanpa mereka sadari bahwa kewajiban domestik sebenarnya bukan hanya tanggung jawab ibu semata.
Semuanya itu adalah pakem sosial yang sudah hidup lama sekali dalam masyarakat. Sehingga bila seorang ibu tidak bertindak sebagaimana “mestinya”, masyarakat merasa punya hak untuk menghujat dia. Enggak peduli apakah dia sudah kelelahan bekerja hari itu sehingga enggak sempat memasak, atau memang anaknya kecolongan sakit yang adalah di luar kendalinya, masyarakat dengan mudah akan menghakimi seorang ibu sebagai akar masalah yang menyebabkan hal-hal yang enggak “ideal” tersebut. Sehingga ketika seorang ibu dituntut untuk menjadi seorang penyelamat (– sementara ada banyak sekali hal yang harus dia selamatkan), seringkali dia mengorbankan dirinya habis-habisan sampai dia kehilangan jati dirinya. Atau bahkan sampai mengorbankan nyawanya sendiri seperti yang dilakukan oleh ibunya Shang Chi.
Apa yang harus dilakukan bila ada seseorang seperti ini di keluargamu? Bantulah dia semampu yang kamu bisa. Tidak ada orang yang perlu ditolong bila setiap anggota keluarga mampu menolong dirinya sendiri. Jangan bebankan title “penolong” kepada satu orang saja. Tolonglah dirimu sendiri selama kamu masih mampu melakukannya. Jadilah mandiri dan bertanggung jawablah akan dirimu sendiri. Biarkan ibumu bebas dari beban itu supaya dia tidak kehilangan jati dirinya dan bisa menjalani kehidupannya sendiri sebagaimana yang dia inginkan, bukan sebagaimana yang orang lain butuhkan darinya.
3. The Misunderstood Son
Yang Shang Chi inginkan hanyalah menjadi seorang anak yang diterima oleh ayahnya. Sejak ibunya meninggal, ayah Shang Chi diam-diam memendam dendam kepada anaknya sendiri karena dia tidak mampu melindungi ibunya. Padahal ketika kejadian itu terjadi, Shang Chi memang masih sangat kecil. Dan tidak seharusnya dia disalahkan karena dia menuruti perintah ibunya untuk menjaga adiknya. Penyebab kematian ibunya yang sebenarnya adalah kesalahan ayahnya di masa lalu yang menuntut balas, bukan ketidakmampuan Shang Chi untuk menjaga ibunya.
Demi menebus kesalahan itu, Shang Chi berusaha keras untuk mendapat penerimaan dari ayahnya. Dia melakukan segala yang diperintahkan ayahnya. Dia berlatih dengan sangat keras sejak usia yang sangat muda. Hingga puncaknya ketika dia harus membunuh pembunuh ibunya, akhirnya dia sadar bahwa dia tidak mau lagi menjadi manusia yang seperti itu dan pergi meninggalkan keluarganya. Dia meninggalkan ayahnya dan adiknya dengan resiko dibenci oleh keduanya. Tapi dia tetap melakukannnya untuk menyelamatkan jati dirinya, karena dia enggak mau berakhir menjadi seorang penjahat seperti ayahnya dulu.
Adiknya menganggap Shang Chi egois karena meninggalkannya. Padahal sebenarnya, selama Shang Chi hidup di bawah bayang-bayang ayahnya, terbukti bahwa dia bukanlah orang yang egois. Dia sanggup menerima semua tekanan yang diberikan ayahnya selama tumbuh dewasa dan mengabaikan keinginan hatinya sendiri demi menyenangkan ayahnya. Tapi sekalinya dia melakukan hal yang dia inginkan, hanya satu kali saja, untuk menyelamtkan jati dirinya sendiri, adiknya langsung menganggap dia egois dan membencinya.
Apa yang harus dilakukan bila ada seseorang seperti ini di keluargamu? Ada hal-hal yang kita enggak pahami bahkan pada saudara kandung kita sendiri. Ketika seseorang melakukan sesuatu yang berbeda dari biasanya, pasti ada penyebab yang kuat yang memicu kelakuan tersebut. Cobalah pahami apa yang membuat dia bertindak demikian. Tahan dulu penghakiman kita. Tahan dulu mulut dan komentar pedas kita. Jadilah pendengar yang baik terlebih dahulu dan cobalah untuk mengerti kenapa dia melakukan apa yang dia lakukan.
4. The Rebellious Daughter
Banyak orang yang bilang anak bungsu itu biasanya manja dan pembangkang. Seperti Xia Ling yang sepertinya enggak pernah punya hubungan yang mulus dengan keluarganya. Dia membenci ayahnya karena dia enggak pernah mendapat kesempatan untuk belajar bela diri seperti yang dia ajarkan kepada Shang Chi hanya karena dia seorang perempuan. Dia juga membenci Shang Chi karena menganggap Shang Chi menelantarkannya.
Pada akhirnya, kebencian yang menumpuk di dalam hatinya membuat Xia Ling memiliki sifat pemberontak yang selalu menantang peraturan. Dia jadi terlihat seperti seorang villain, padahal sebenarnya dia tetap memiliki hati yang baik seperti ketika dia menolong Katy yang hampir jatuh dari gedung tinggi. Xia Ling bukan seorang pembangkang, tapi dia adalah buah dari kepahitan karena enggak pernah mendapat kesempatan. Sehingga akhirnya dia mencari kesempatannya sendiri dengan menentang peraturan dan, hebatnya, dia berhasil membangun bisnis yang sukses dengan caranya sendiri.
Apa yang harus dilakukan bila ada seseorang seperti ini di keluargamu? Kalau kamu memiliki seseorang yang dicap pembangkang di keluargamu, cobalah lihat apa sebenarnya dia cari. Seringkali tindakan yang dianggap sebagai pemberontakan sebenarnya adalah cara dia untuk menunjukkan apa yang dia butuhkan sebenarnya. Entah itu kesempatan, penerimaan, kasih sayang atau apresiasi. Enggak ada satu pun orang yang melakukan sesuatu tanpa tujuan, baik disadari atau tidak. Jadi, bahkan seorang anak bungsu yang mendapat stereotype pembangkang pun sejatinya tidak akan membangkang tanpa tujuan. Ketahuilah tujuannya itu, maka mungkin kamu akan bisa membujuknya untuk berhenti membangkang dan mengarahkannya untuk mendapatkan apa yang dia butuhkan dengan cara yang lebih baik. I should know, karena gue sendiri pun adalah anak bungsu. Haha!
Gue mau menutup blog post kali ini dengan sebuah quotes dari Auntie Ying Nan yang diperankan dengan sangat apik oleh Michelle Yeoh.
“You are a product of all who came before you. The legacy of your family. The good and the bad. It is all a part of who you are.”
Ying Nan – Shang Chi and The Legend of The Ten Rings
Jadi, seperti apapun bentukannya keluarga kita, dari sanalah kita berasal. Kita adalah produk dari segala kebaikan dan keburukan yang ada di dalamnya. Dan perpaduan dari hal-hal baik dan hal-hal buruk itulah yang membentuk diri kita sebagaimana kita adanya sekarang.
Ada masanya kita bisa menyalahkan takdir karena menaruh kita di keluarga yang kita rasa tidak ideal. Tapi seiring kita bertambah dewasa, sudah seharusnya kita berhenti menyalahkan keadaan dan bertindak lebih untuk memikul tanggung jawab kita sendiri. Maka, seperti apapun keluarga kalian adanya, terimalah keadaan itu apa adanya. Kita enggak bisa mengubah mereka, tapi kita bisa mengubah bagaimana kita bereaksi terhadap mereka. Dan dengan relasi yang lebih positif, niscaya hubungan keluarga akan dijalin dengan lebih hangat dan akrab. Banyak relasi yang bisa dipulihkan sehingga lebih banya cinta yang dapat bertumbuh di dalamnya.
Thanks for reading this! Kalau kamu suka sama artikel ini, jangan lupa untuk share ke teman-teman kamu ya!
Leave your comment below. Dan follow juga Instagram @just.hilda untuk selalu dapat update terbaru dari blog Just Hilda. Jangan lupa share artikel ini ke teman-teman kamu juga ya!
Spread love,