Hidup kita adalah milik kita. Kita yang bernafas dan menjalani hari-hari kita sendiri. Tapi seringkali, kita terhimpit oleh tekanan sosial sehingga kita enggak lagi menjalani hari-hari kita seperti yang kita pengenin. Kita jadi lebih sibuk mikirin apa yang orang lain pikirin tentang kita sehingga kita lebih banyak menghabiskan waktu kita untuk bikin orang lain senang daripada diri kita sendiri yang senang. Ini yang gue sebut dengan fake life. Ketika hidup yang kita jalanin enggak lagi kita lewatin untuk diri kita sendiri, tapi untuk bikin orang-orang kagum sama kita. In other words, we seek approval from them. Dan itulah yang terjadi di Sky Castle.

And I Lie, And I Lie, ‘Til I Don’t Know Who I Am

If you tell truth you don’t have to remember anything

Mark Twain

Sky Castle tuh apaan sih? Sebenarnya Sky Castle adalah judul drama seri Korea yang udah tayang dari tahun 2018. Kisahnya adalah tentang para kaum elite di sebuah residensi eksklusif bernama Sky Castle. Para orang tua di sana sangat terobsesi akan edukasi anak-anaknya. Mereka ingin memastikan anak-anaknya masuk ke sekolah kedokteran dengan berbagai cara.

Obsesi mereka terbentuk dari berbagai sumber. Ada yang mencari pengakuan dari ibu mertuanya. Ada yang masa kecilnya begitu menderita hingga ingin menaikkan derajat hidupnya. Ada yang hanya ingin mengikuti trend aja. Tapi bottomline, mereka sanggup berbohong, menikung, melakukan tindakan kriminal, hanya untuk memasukkan anak mereka ke sekolah kedokteran prestisius tersebut. Wow!

Empat keluarga yang jadi pusat cerita Sky Castle

Kalau lo belum nonton TV Seri-nya, gue saranin lo untuk nonton sekarang juga. Banyak banget media streaming online yang nayangin Sky Castle kayak iFlix dan Viu. Lo tinggal pilih aja mana yang jadi favorit lo.

Dan kalau lo udah nonton sampai habis, lo bisa baca 4 poin di bawah ini yang menurut gue penting banget kita pelajari dari kisah Sky Castle supaya kita enggak terjebak dalam kehidupan fake life kayak yang terjadi di sana.

[pw_box color=”red” float=”center” text_align=”left” width=””]WARNING! This article contain spoiler! Only proceed if you’re sure you want to read it.[/pw_box]

#1 NEVER Deny Who You Really Are

Kita perlu berkaca dari Han Seo Jin yang menyembunyikan masa lalunya sebagai seorang anak orang miskin bernama Kwak Mi Hyang. Dia sangat malu akan asal usulnya sehingga mengarang sebuah kebohongan besar tentang jati dirinya. Dia menipu teman-temannya, bahkan anak-anaknya sendiri. Kebohongan besar yang sebenarnya enggak perlu dia lakukan kalau dia bisa menerima jati dirinya sejak awal. Seorang anak orang miskin yang mampu bertahan di kehidupan keras kaum elit dan jadi orang yang dikagumi oleh kalangan sosial di sana. Pretty impressive actually.

Tapi dia takut kalau jati dirinya yang sebenarnya diketahui orang lain malah bikin harga dirinya jatuh. Sesuatu yang seharusnya bisa dia kenakan dengan bangga, malah dia anggap sesuatu yang merugikan dan dia sembunyikan dalam-dalam. Ketika kebohongan ini terungkap, yang lebih menyakitkan bukanlah fakta bahwa dia sebenarnya adalah seorang rakyat jelata, tetapi kebohongannya yang begitu besar dan dalam jangka waktu yang lama pada orang-orang terdekatnya. Ini yang lebih bikin mereka terluka. Sesuatu yang seharusnya enggak perlu terjadi kalau saja dia bisa menerima jati dirinya sejak awal.

Dalam kehidupan sehari-hari, kita juga mungkin suka menyangkal jati diri kita. Mungkin kita enggak membuat kebohongan sebesar yang Seo Jin lakukan. Tapi bisa aja kita menutupi jati diri kita karena ada sesuatu yang kita rasa memalukan kalau diketahui orang banyak.

Hei! Jangan tutupin hal yang memalukan itu dengan kebohongan. Enggak apa-apa kalau lo enggak mau membahas sesuatu yang menyakitkan itu dan menghindar darinya. Tapi jangan berbohong! Ngomong aja apa adanya. Kalau lo lebih suka untuk enggak membahasnya, alihkan pembicaraan. Gak perlu berbohong untuk bikin orang lain punya persepsi yang gak seharusnya tentang diri lo. Karena sebuah kebohongan harus ditutupi oleh kebohongan berikutnya. Dan itu adalah sebuah siklus yang enggak akan pernah putus. Jadi lebih baik jangan dimulai sekalian.

#2 NEVER Cover Your Insecurities With Someone Else’s Success

Kita semua adalah manusia biasa yang pasti pernah gagal. Kadang rasanya sulit banget untuk mengatasi rasa kecewa akibat kegagalan kita. Sehingga tanpa kita sadari, seringkali kita membawa “baggage” yang terus kita pikul di alam bawah sadar kita.

Cara yang paling sering orang-orang lakukan untuk mengatasi “baggage” itu, adalah dengan mencapai kesuksesan. Masalahnya, gak semua orang bisa menjadi sukses seperti yang dia harapkan. Banyak orang yang punya persepsi salah tentang kesuksesan kayak Profesor Cha Min Yuk.

Profesor Cha adalah anak seorang tukang cuci baju. Dan dia berusaha mati-matian supaya anak-anaknya enggak ada di “dasar piramida” kayak yang dia rasain. Tapi sebenarnya, dibalik alasannya yang “mulia” itu, Professor Cha cuma pengen anak-anaknya jadi sukses supaya orang-orang mengagumi DIA yang berhasil mendidik anaknya jadi orang sukses. Dia sebenarnya punya sebuah lubang di dalam hatinya yang berusaha dia tutupin dengan kesuksesan anak-anaknya karena dia pikir kesempatannya untuk bisa mencapai kesuksesan yang dia inginkan itu sudah lewat.

Apa yang dia lakukan, bukan cuma fake, tapi juga menyiksa anak-anaknya. Seperti yang kita tonton sampai akhir cerita, Professor Cha akhirnya terancam kehilangan seluruh keluarganya hanya karena ambisinya. Sikapnya yang arogan dan enggak mau mengakui kesalahannya malah menyakiti orang-orang terdekatnya. Seharusnya, lebih baik kalau dia berusaha mengatasi rasa insecure dalam dirinya sendiri dengan kemampuannya sendiri. Bukannya memecut anak-anaknya cuma untuk kepentingan egonya sendiri.

Dalam kehidupan kita, mungkin tanpa kita sadari, kita juga melakukan apa yang dia lakukan. Kita meminta pasangan atau anak-anak kita mencapai target tertentu cuma demi ego kita sendiri. Coba dilihat lagi ke dalam diri kita sendiri, apa ada sebuah insecurity yang tersimpan jauh di dalam hati kita yang bikin kita bertindak kayak begitu. Kalau memang ada, coba perbaiki insecurity itu sendiri dulu sebelum menagih orang-orang terdekat kita untuk menambalnya dengan keringat dan darah mereka.

#3 NEVER Fake Your Inner Pain

Karakter Tutor Kim Joo Young bisa dibilang adalah karakter yang paling mencuri perhatian di cerita ini. Bukan cuma karena cara berpakaiannya yang kaku dan serba hitam, tapi juga karena perangainya yang keras dan, boleh dibilang, agak sakit jiwa.

Di akhir cerita, kita akhirnya tahu kenapa Tutor Kim melakukan tindakan yang begitu jahat. Semua kelakuan buruknya ternyata berakar pada penyesalannya karena telah membuat anak jeniusnya jadi cacat mental. Meskipun dia enggak mau mengakuinya, sebenarnya dia merasa bersalah. Tapi perasaan bersalahnya itu enggak dia beresin, malah dia pendam sehingga mengubahnya jadi seorang monster yang kejam.

Ketika kita menghadapi sebuah trauma, ketika ada sesuatu yang berjalan sangat salah dalam hidup kita, kita pasti dihadapkan pada sebuah luka batin yang dalam. Luka itu enggak akan bisa sembuh kalau kita cuma mendiamkannya. Sama seperti luka fisik di tubuh kita yang butuh dibersihkan secara rutin sampai pulih dengan sempurna, luka di hati kita juga perlu perawatan rutin. Enggak ada orang yang bisa melanjutkan hidup dengan tenang setelah melewati sebuah cobaan berat. Meskipun dia bertindak kayak enggak ada apa-apa yang terjadi, hatinya mungkin sebenarnya sedang terluka. Dan ketika hati kita terluka sangat dalam, enggak mungkin kita sebagai seorang manusia bisa berfungsi dengan sempurna. Bisa jadi kita sedang memendam sebuah monster yang bisa berubah jadi mengerikan seperti Tutor Kim.

Jadi, kalau ada sesuatu yang SANGAT mengganjal dalam hidup lo, beresin dulu aja. Jangan anggap hal itu enggak ada. Jangan menyembunyikannya kayak yang Tutor Kim lakukan pada putrinya. Hati yang terluka juga butuh pemulihan. Dan untuk pulih, dia butuh pengakuan. Pengakuan bahwa diri lo sedang terluka. Angkat luka hati itu ke atas, seperti luka fisik yang kita biarkan terbuka tanpa plester supaya cepat kering. Suatu hari nanti, ketika luka itu sudah semakin pulih, barulah lo bisa menemukan diri lo lagi.

Do not fake your pain. It is a part of you anyway.

#4 NEVER Sacrifice Your Life For Something You Don’t Enjoy Doing

Terakhir sebagai penutup, gue suka banget sama akhir kisah dari tokoh Lee Woo Joo. Seorang anak berprestasi di sekolah, yang paling enggak macam-macam sepanjang cerita, tapi malah jadi kambing hitam lalu jadi narapidana, dan berakhir jadi petualang yang ninggalin sistem edukasi yang kolot. The best character development in the story, I think!

Woo Joo memang bukan murid yang ambisius. Dia belajar dengan santai. Dia gak ngeset target yang muluk-muluk. Dia play fair dalam ujian. Boleh dibilang, dia adalah typical murid sekolah kebanyakan. Tapi meskipun kehidupan edukasinya enggak bermasalah, ternyata ada satu hal yang dia sadari di akhir cerita: Dia enggak paham apa gunanya nilai yang gemilang di sekolah kalau dia menghabiskan waktunya ngelakuin hal-hal yang enggak dia suka.

Pada akhirnya, meskipun dibebaskan dari penjara, dia lebih memilih untuk drop out dari sekolahnya dan jadi petualang yang jalan-jalan keliling Eropa supaya bisa menemukan tujuan hidupnya. Sebuah tindakan yang berani dan JUJUR. Dia jujur sama dirinya sendiri bahwa dia enggak bisa lagi meneruskan sekolah, gak peduli apapun yang dikatakan orang lain di belakang punggungnya.

Ketika kita pengen jadi jujur sama diri sendiri, seringkali yang mengganjal adalah opini dari orang-orang di sekitar kita. Nada sumbang akan selalu ada. Pastinya akan menambah keraguan yang mungkin udah menumpuk dalam hati kecil kita sendiri. Tapi, kalau kita bisa hidup dengan jujur pada diri kita sendiri, pastinya hari-hari kita bisa kita jalanin dengan lebih gembira. Enggak ada beban yang mengganjal karena kita harus bangun di pagi hari dan melakukan rutinitas yang enggak kita suka.

Gue personally suka banget sama kata-kata Woo Joo ke ayahnya di episode terakhir Sky Castle.

Dad, power isn’t about which university I graduated from. It’s about who I am, what kind of person I am, and what I stand for. Won’t power come when all that is clear and certain?

Hwang Woo Joo – Sky Castle Episode 20

Apa sih hal yang paling bikin lo feel suffocated setiap hari? Apakah itu pekerjaan lo yang terlalu bikin stress? Tugas yang menumpuk dan enggak sanggup lo beresin? Atau hal yang lainnya?

Haruskah hal yang menekan lo itu jadi bagian dari jati diri lo? Apa lo akan lebih bahagia kalau lo bisa lepas dari hal itu?

Kalau jawabannya enggak, dan lo rasa lo akan lebih bahagia tanpa hal-hal itu, berani gak lo membebaskan diri lo dari himpitan itu kayak yang Woo Joo lakukan?

Atau kalau itu memang enggak bisa lo lakukan, cobalah untuk istirahat sejenak. Yang penting, lo enggak memaksa diri lo melakukan sesuatu yang enggak lo suka ketika lo sudah merasa sangat tertekan. Take a break. And have fun. Supaya lo bisa menjalani hidup lo dengan lebih jujur dan gembira.

Thanks for reading this! Kalau kamu suka sama artikel ini, jangan lupa untuk share ke teman-teman kamu ya!

Leave your comment below. Dan follow juga Instagram @just.hilda untuk selalu dapat update terbaru dari blog Just Hilda. Jangan lupa share artikel ini ke teman-teman kamu juga ya!

Spread love,

PS: Baca juga artikel gue tentang fake life yang lainnya di sini.