Serial Squid Game sudah menjadi fenomena dunia sejak beberapa bulan yang lalu karena mencetak rekor di Netflix sebagai serial yang paling banyak ditonton di sepanjang sejarah Netflix. Very impressive! 

Serial ini mengisahkan tentang permainan mematikan dengan hadiah uang yang bombastis dan para pesertanya adalah orang-orang yang direkrut secara khusus karena memiliki masalah kehidupan yang kompleks atau hutang yang luar biasa banyak. Mereka semua berada di posisi yang terjepit dan berpikir bahwa uang yang sangat banyak itu dapat menyelamatkan hidup mereka. Maka mereka semua berpartisipasi dengan taruhan nyawa.

Trailer Squid Game

Di samping ceritanya yang terkesan sadis, sebenarnya serial Squid Game juga mengandung makna yang luar biasa dalam. Ada banyak pelajaran tentang kehidupan yang bisa kita petik dari kisahnya yang sangat menegangkan dari awal hingga akhir. Nah, kali ini gue mau bahas 4 kenyataan pahit kehidupan yang gue ambil dari cerita ini. Dari kenyataan-kenyataan pahit ini, kita bisa belajar apa yang bisa kita lakukan supaya kita bisa menghadapi hidup dengan lebih baik.

Gue yakin kalian semua sudah pada nonton serial ini karena sudah tayang cukup lama. Tapi, just in case ada yang belum nonton, gue kasih tahu dulu di awal bahwa artikel gue di bawah ini mengandung banyak sekali spoiler ya. So, here it goes.

!! MAJOR SPOILER ALERT !!
ONLY PROCEED IF YOU’RE SURE THIS IS WHAT YOU WANT TO DO

Truth #1: There is no manual book in life

Seong Gi Hun ketika bermain Dalgona Challenge

Enggak ada buku manual atau panduan dalam menjalani kehidupan. I wish there were… Kalau memang ada, kehidupan akan jadi lebih mudah dijalani. Tapi kenyataannya, kehidupan kita itu seperti semua permainan di dalam Squid Game. Enggak ada yang menjelaskan peraturan mainnya dengan lengkap dari awal. Everything is learning by doing. Dan tanpa mengetahui aturan permainan dari awal, sangat mudah buat para pemain untuk membuat keputusan yang salah. Seperti Gi Hun yang memilih dalgona dengan gambar payung. Atau para pemain yang memilih vest dengan nomor kecil di permainan menyeberangi jembatan kaca. Tapi bagaimana pun juga, memang begitulah hidup yang sebenarnya

Lesson learned: Belajarlah sebanyak mungkin dari orang-orang di sekitar kita. Ada banyak kisah sukses di sekitar kita. Namun sebenarnya ada jauh lebih banyak kisah kegagalan yang juga bisa jadi bahan pembelajaran kita. Kita perlu belajar dari kesalahan orang lain dan beradaptasi dengan keadaan lebih cepat. Dalam kehidupan modern, kita enggak cuma dituntut untuk pintar atau kuat. Kita juga harus pandai-pandai beradaptasi dan berkolaborasi. Bila kita terlalu kaku, atau hanya mau menang sendiri, maka kita sebenarnya malah jadi melemahkan diri kita sendiri. Seperti si preman Jang Deok Su yang percaya bahwa dirinya sangat kuat dan berkuasa tapi malah terkena karmanya sendiri ketika dia menemui ajalnya gara-gara Han Mi Nyeo yang dia khianati.

Truth #2: Nobody really knows how actually a person is deep down inside

Cho Sang Woo dan Ali ketika bermain Marble Challenge

Orang yang kelihatannya baik mungkin sebenarnya adalah penipu, seperti Cho Sang Woo yang dengan sadisnya menipu Ali yang sangat menghormatinya. Orang yang kelihatannya jahat mungkin sebenarnya hanya sedang terdesak, seperti Kang Sae Byeok yang hanya ingin adiknya keluar dari panti asuhan. Enggak pernah ada seorang pun yang mampu mengetahui isi hati orang lain yang sebenarnya. Semahir apapun dia dalam menilai seseorang tetap saja semua pemikiran yang tersembunyi di lubuk hati masing-masing orang enggak akan bisa dengan mudah terbaca dari luar.

Lesson learned: Never judge a book by its cover. Manusia adalah hakim yang buruk. Dengan otak kita yang menyimpan banyak sekali asumsi dan praduga terhadap orang lain, kita bisa dengan mudah salah menilai orang lain. Bukan berarti kita jadi tidak boleh mempercayai satu orang pun. Tapi tetaplah pegang benefit of the doubt bila menghadapi orang yang baru kita kenal. Jangan langsung mengobral kepercayaan kita seratus persen. Bila suatu hari orang itu memang sudah terbukti mampu kita percayai, barulah kita berikan keperacyaan kita kepadanya. Karena bagaimana pun seseorang tampak dari luar, hanya dia dan Tuhan lah yang tahu apa isi hatinya yang sebenarnya.

Truth #3: Money can buy many things, but not happiness

The Gamemaker di penghujung hidupnya

Uang bisa membeli segala barang materil. Uang juga berarti kekuasaan, kenyamanan dan kebebasan. Tapi sehebat apapun kemampuan uang, tetap ada beberapa hal imateril yang tidak bisa dia beli seperti cinta dan kebahagiaan. Terbukti bagaimana Gi Hun yang akhirnya menjadi kaya raya tetap enggak bisa menikmati uang yang dia menangkan setelah ibunya meninggal sendirian di rumahnya. Dan bagaimana Kakek Oh Il Nam malah membuat sebuah permainan yang memuakkan hanya untuk menghibur dirinya sendiri meskipun dia sudah memiliki banyak uang. Dan berakhir mati sendirian tanpa ada keluarga ataupun sahabat yang mencintainya.

Lesson learned: Carilah uang, tapi jangan dewakan uang. Pada akhirnya, uang enggak akan bisa kita bawa ke dunia akhirat. Dan sebenarnya ada banyak hal berharga di dunia ini yang enggak membutuhkan uang, tapi malah mengurangi nilainya bila disangkutpautkan dengan uang. Seperti persahabatan, cinta dan kasih sayang yang tulus. Bila hal-hal seperti itu dibeli dengan uang, persahabatan dan cinta yang kita dapatkan enggak akan tulus lagi. Dan sungguhkah kita mau memiliki hal-hal palsu yang tidak tulus hanya demi mengejar uang yang berlimpah? Bukankah lebih baik bila kita memiliki uang yang cukup namun cinta yang melimpah ruah dalam hidup kita? Pasti kehidupan kita akan jadi lebih bahagia dan kita gak perlu lagi mencari kebahagiaan yang semu dari hal-hal materil lain yang hanya bermodalkan uang.

Truth 4: Life is just unpredictable

Seung Gi Hun The Lucky Guy

Ada orang-orang yang beruntung dan tiba-tiba menang besar, seperti Gi Hun. Ada orang yang sudah bersusah payah luar biasa dan menghalalkan segala cara tapi tetap enggak bisa menang, seperti Cho Sang Woo. Itulah kenyataan pahit hidup. Enggak ada yang tahu kenapa bisa terjadi seperti itu. Dan enggak ada rumusnya. It just happen. That’s just life…

Lesson learned: Rasanya memang menyakitkan bila usaha dan kerja keras kita enggak membuahkan hasil yang kita inginkan. Tapi itulah hidup. Memiliki target yang ingin dicapai bukanlah sebuah kesalahan. Tapi bila kita enggak bisa mencapainya dan jadi kepahitan gara-gara hal itu, di situlah kita jadi salah dalam merespon kegagalan kita. Kita harus membiasakan diri untuk menghadapi kegagalan. Dan bila kita memang gagal, jangan memecut dan mengutuk diri kita sendiri. Tapi bangkitlah dan cobalah lagi. Mungkin cara yang kita lakukan salah. Atau mungkin waktunya saja yang belum tepat. Lagipula, dalam kehidupan nyata enggak ada pasukan bersenjata dengan topeng segitiga di wajahnya yang akan menembak kita bila kita gagal kan. Jadi, bersyukurlah bahwa di dalam kehidupan nyata kita selalu bisa mencoba lagi, dan lagi, dan lagi sampai kita puas berusaha. 

Itu dia empat kenyataan pahit kehidupan yang gue ambil dari serial Squid Game! Kalau kamu, gimana pendapat kamu tentang serial Squid Game? Tinggalin komentar di bawah ya!

Thanks for reading this! Kalau kamu suka sama artikel ini, jangan lupa untuk share ke teman-teman kamu ya!

Leave your comment below. Dan follow juga Instagram @just.hilda untuk selalu dapat update terbaru dari blog Just Hilda. Jangan lupa share artikel ini ke teman-teman kamu juga ya!

Spread love,