Wanita dan Stereotype
Sebelum bulan Maret berakhir, bulan yang di dalamnya merayakan International Women’s Day, gue pengen banget ngebahas hal ini sekali lagi. Wanita dan stereotype. Stereotype itu apa sih? Menurut Wikipedia, stereotype adalah penilaian terhadap seseorang hanya berdasarkan persepsi terhadap kelompok di mana orang tersebut dapat dikategorikan. Kategorinya dalam hal ini adalah: wanita. Dan penilaian yang melekat pada kelompok wanita ternyata sangat beragam dan – sayangnya – menjatuhkan.
Beberapa hari yang lalu gue sempat bertanya di Instagram tentang stereotype wanita yang menurut para followers gue paling melelahkan. Thank you buat kalian yang udah berpartisipasi! Sekarang gue akan bagikan beberapa stereotype yang melelahkan itu dan mengapa hal itu adalah pandangan yang salah. Silakan setuju atau tidak setuju atas argumen gue ya! Let’s be open minded and exchange opinions nicely.
1. Cewek kalau lagi datang bulan jadi baperan
Kawan, percayalah, bahwa yang namanya datang bulan itu SANGAT merepotkan dan enggak nyaman! Semua orang bisa dengan mudah mempersalahkan hormon. Sama halnya dengan ketika seorang wanita sedang hamil atau baru melahirkan. Hormon yang mengalir dalam tubuh setiap wanita yang mengalaminya menjadi tidak stabil dan banyak perubahan yang terjadi.
Terbukti secara scientific bahwa perubahan hormon itu memang mempengaruhi emosi. Karena hormon mengendalikan otak manusia. Dan otak kita lah yang menghasilkan emosi. Di samping itu, dengan segala kerepotannya ketika sedang datang bulan, percayalah bahwa hari-hari ini adalah hari-hari yang menyebalkan buat semua wanita. Mulai dari darah yang bisa mengalir kapan saja, bocor dari pembalut yang bikin malu kalau tembus ke baju, sampai keram perut yang literally bikin sakit dan susah bergerak. Benar-benar gak nyaman.
Mempertimbangkan hal itu semua, maka sangat wajar bila seorang wanita yang sedang datang bulan akan jadi lebih emosional. Percayalah ANDAIKAN SAJA para pria mengalaminya, kalian pun akan melakukan hal yang sama. Gue rasa manusia mana pun akan jadi lebih cranky ketika badannya terluka, sakit secara fisik, atau kekurangan darah karena pendarahan yang terjadi selama berhari-hari. TAPI, mengalami itu semua, bukan berarti wanita yang sedang hormonal (– baik karena datang bulan ataupun kehamilan) itu jadi BODOH dan GAK RASIONAL. ENGGAK YA…! Kami masih tetap memiliki fungsi otak yang optimal. Sehingga intelektualitas kami tidak berkurang dan kami masih bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Jadi, bukannya kami jadi baperan ya, guys! Tapi kami sedang mengalami sesuatu yang enggak nyaman di tubuh kami aja. Maka jangan meng-invalidasi kami di masa-masa ini, tapi anggap saja kami jadi lebih cranky karena sedang “sakit”.
2. Cewek harus bisa masak
Nah ini juga cukup melelahkan ya! Karena jujur aja gue juga gak jago masak! Haha! So I feel you.
Gue jadi belajar masak sejak harus bikin MPASI waktu anak gue mulai makan makanan padat dan ketika gue mulai buka toko daging karena harus coba produk sendiri dan bikin konten! Dengan kata lain gue belajar masak karena kebutuhan (– alias terpaksa). Jadi gue sama sekali enggak passionate soal masak. Gue passionate soal makan enak. Those are totally two different things! Haha!!
Gue punya teman yang memang hobi masak. Dia punya repository resep masak yang beraneka ragam dan rumit. Buat dia ngerjain masakan dengan resep yang ajaib dan bahan yang seabrek adalah me time. (Yes, you know who you are if you read this post. Lol!!) Sedangkan buat gue, scrolling resep masakan yang butuh lebih dari 5 bahan utama aja udah melelahkan. Itu makanya gue struggling banget waktu masakin MPASI buat anak gue sementara anak gue adalah tipe yang picky kalau makan.
Jadi, guys, keahlian memasak itu bukan bawaan genetis ya. Gak semua cewek mahir – dan menikmati – proses memasak. Ada yang memang suka, ada yang gak suka. Ada cewek yang mahir banget memasak kayak Chef Devina, ada juga cowok yang mahir memasak sejago Gordon Ramsay. Jadi, gak perlu deh menuntut hal yang satu ini dari seorang wanita.
Anyway, setiap kali bikin steak di rumah, suami gue yang selalu masak dagingnya sementara gue bikinin side dish-nya. And it’s okay! Karena dia suka melakukannya. Dan ketika gue malas masak, dengan gampang kami akan pesan makanan dari restoran aja. Gak harus setiap kali gue yang masak sebagai istri kok.
Gak semua cewek terlahir passionate about cooking ya guys! Jadi kalau kebetulan pasangan kalian gak bisa masak, gak perlu menuntut hal yang satu itu dari mereka. Kalau masak adalah hal yang menurut kalian wajib banget dimiliki seorang istri, nikahilah seorang chef, atau pemilik warteg, yang mana pun yang lebih memungkinkan buat kalian. Hehe…
3. Cewek gak bisa kerja sebagus cowok, dan kalau udah berkeluarga kinerjanya pasti menurun
Pertanyaannya, kenapa kalau seorang wanita sudah berkeluarga, kinerjanya pasti menurun? Jawabannya adalah karena setelah berkeluarga, tanggung jawab yang harus dipikul seorang wanita nyatanya memang lebih besar.
Gue gak bilang cari duit – yang menurut pandangan umum adalah tanggung jawab suami seorang – itu gampang. Tapi kalau dibandingkan dengan hal-hal yang menurut orang banyak adalah tanggung jawab istri, cari duit itu jadi kelihatan sangat simpel. Karena tanggung jawab istri itu meliputi: hamil, melahirkan, mengurus anak dan mengurus rumah tangga (– termasuk di dalamnya cuci baju, cuci piring, masak, nyapu, ngepel dan ngelap perabotan). Dan di samping itu, seorang istri juga masih harus kelihatan cantik dan rapi supaya gak malu-maluin suaminya. Belum lagi ketambahan ngurusin sekolah, ekstrakulikuler dan les anak-anak. Kalau ini semua harus dilakukan sambil masih harus bekerja kantoran, enggak heran kalau para pekerja wanita jadi kewalahan.
Solusinya apa? Menurut gue, satu-satunya yang bisa jadi solusi adalah bila para suami mau step up untuk mengambil alih sebagian dari tanggung jawab para istri ini. Membina keluarga adalah tanggung jawab bersama. Kalau seorang suami hanya peduli soal menghasilkan uang buat keluarga saja, maka enggak mungkin istrinya bahkan punya kesempatan untuk berkarya di luar rumahnya. Apalagi bisa memiliki performa yang prima dalam pekerjaannya.
Pandangan kuno ini sudah saatnya digebrak. Bahwa tugas suami adalah menyediakan nafkah sedangkan tugas istri adalah semua yang lainnya. NO! Sudah saatnya kita berhenti menggenggam pandangan semacam ini. Memang enggak gampang karena pandangan ini sudah amat mendarah daging sejak dahulu kala. Tapi bukannya enggak mungkin terjadi jika pasangan suami istri mau berkomunikasi dan bersikap saling suportif supaya keduanya dapat mencapai apa yang mereka impikan bagi kehidupan mereka masing-masing.
4. Cewek baru jadi wanita sesungguhnya kalau sudah punya anak
Nah yang satu ini sih benar-benar kuno dan cukup parah ya menurut gue. Karena orang-orang yang berpikir seperti ini, secara enggak langsung berpendapat bahwa tugas wanita ada di dunia ini adalah hanya satu, yaitu beranak. Karena itu setiap wanita didesak untuk menikah, dan setelah menikah pasti selalu ditanya kapan punya anak.
Dalam beberapa kasus ekstrim yang bahkans sampai sekarang masih terjadi, para wanita muda diperjualbelikan oleh orang tuanya untuk menjadi pasangan orang yang asing. Hal ini sudah menjadi budaya sehingga wanita yang menjadi objek jual-beli tidak melawan sama sekali karena dia berpikir bahwa itu adalah hal yang normal. Padahal sebenarnya hal semacam ini tentunya sangat merendahkan harkat dan martabat seorang wanita karena intelektualitas dan kepribadiannya tidak lagi dianggap. Dan praktek semacam ini sudah selayaknya diberantas.
Nyatanya, punya anak atau enggak adalah keputusan setiap wanita. Tidak ada wanita yang patut merasa gagal karena dia tidak menikah atau tidak mempunyai anak. Tidak menikah karena keputusan pribadi adalah hal yang sudah seharusnya dianggap wajar. Dan tidak memiliki anak karena memang tidak menginginkannya juga seharusnya adalah sesuatu yang tidak perlu menjadi bahan hujatan masyarakat. Setiap wanita layak memiliki keputusan atas tubuhnya sendiri. Apalagi sebuah komitmen besar seperti menikah dan menjadi ibu yang bila dilakukan setengah hati hanya akan menghancurkan kehidupan orang-orang yang menjalaninya.
Jadi kali berikutnya kalian ketemu cewek single dan langsung nanya ke dia: “Kapan kawin?”, atau nanya ke pasangan yang baru nikah: “Kapan punya anak?”, coba dipikir ulang lagi ya. Karena gak semua wanita harus menikah lalu punya anak. Setiap wanita punya kebebasan untuk memilih jalan hidupnya sendiri, termasuk dalam hal menikah dan berkeluarga.
5. Cewek gak usah sekolah tinggi, ujung-ujungnya di dapur juga
Yang satu ini sangat menyedihkan. Yang pertama, karena mereka yang berpendapat seperti ini memandang bahwa wanita itu begitu rendah sampai enggak layak memiliki tujuan yang besar. Kedua, karena mereka beranggapan bahwa “ujung-ujungnya di dapur” adalah hal yang tidak membutuhkan keterampilan, kecakapan dan kecerdasan. Coba deh kalian yang punya pendapat seperti ini ngomong langsung sama para chef yang kerjaannya sehari-hari di dapur. Apa gak minta digampar tuh?! 🤣
Faktanya, ibu yang berpendidikan akan merawat anaknya dengan lebih baik. Mereka tahu lebih banyak tentang pengasuhan anak, nutrisi dan perkembangan zaman sehingga anak-anak mereka pun akan tumbuh dengan lebih baik dan memiliki jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Dan FYI ya, kalau ini belum sebening kristal jelasnya buat kalian, jadi seorang ibu adalah pekerjaan yang AMAT SANGAT SUSAH! Gue sudah pernah jadi programmer yang bisa nulis ribuan lines of code, ngurus server yang njelimet sampai baca system log yang super panjang. Dan itu semua JAUH LEBIH MUDAH daripada jadi seorang ibu. Trust me!
Lagian, kalaupun sang ibu enggak memilih untuk jadi stay-at-home mom, dia pasti punya kesempatan yang lebih besar untuk sukses di bidangnya dengan memiliki gelar sarjana yang mumpuni. Dan enggak apa-apa juga kalau dia memilih untuk tetap berkarir, toh pekerjaan rumah tangga itu adalah tanggung jawab bersama antara pria dan wanita kan. Suami dan istri adalah partner dalam satu rumah. JAdi, apa salahnya kalau si suami yang masak di dapur? Selama masakannya enak dan mereka yang makan gak keracunan, enggak ada salahnya kan?!
So, girls, jangan pernah berpikir bahwa dapur adalah satu-satunya tujuan hidup kalian ya. You can be amazing. You can create many things. Never let this kind of thinking stop you from doing amazing things that you are meant to be.
Thanks for reading this! Kalau kamu suka sama artikel ini, jangan lupa untuk share ke teman-teman kamu ya!
Leave your comment below. Dan follow juga Instagram @just.hilda untuk selalu dapat update terbaru dari blog Just Hilda. Jangan lupa share artikel ini ke teman-teman kamu juga ya!
Spread love,