Sukses adalah sesuatu yang dikejar banyak orang. “Jadi orang sukses” adalah impian semua orang. Lagipula kalau ditanya, “Lo mau sukses gak sih?” Kayaknya enggak ada satu orang pun yang menjawab “Enggak mau.” Karena sukses adalah sesuatu yang glorious. Sesuatu yang membanggakan. Sesuatu yang harus bisa lo capai selama lo masih hidup. Ya gak?

Masalahnya, enggak semua orang paham betul apa definisi sukses buat dirinya sendiri. Semua orang pengen sukses. Tapi parameter sukses masing-masing orang berbeda. Misalnya, ada orang yang kaya raya tapi penyakitan karena terlalu sibuk bekerja. Apakah dia sukses? Menurut gue sih enggak. Ada orang yang hidupnya santai, bisa melakukan apa saja yang dia mau, tapi enggak punya rumah tinggalnya di gubuk kardus. Apakah dia sukses? Tentu enggak juga.

Jadi apa sih sukses itu? Ke mana gue harus melangkah supaya bisa one step closer ke kesuksesan itu? Kalau bulan lalu gue bikin artikel tentang passion, kali ini gue mau ngebahas apa yang terjadi setelahnya, yaitu success. So, check this out.

You Need To Know Where You’re Going

Semua orang butuh tujuan. Tanpa tujuan, hidup kita akan jadi tanpa makna. Enggak tahu harus ngapain. Enggak tahu mau dibawa ke mana. Kita seperti sebuah kotak gabus yang terombang-ambing di lautan. Pergi ke mana ombak membawa kita pergi. Dan yang paling parah, kita jadi enggak menghidupi diri kita sendiri. Kita menjadi aksesoris yang menghiasi hidup orang lain karena kita enggak punya arah yang mau kita tuju sendiri.

Ada orang pesimis yang terlalu takut untuk bermimpi. Enggak berani untuk menentukan arah karena takut gagal. Ada orang optimis yang terlalu berani bermimpi. Kadang mimpinya kejauhan dan terlalu indah. Bahkan cenderung enggak realistis. Sehingga akhirnya, ketika mimpinya enggak kesampaian, dia jadi depresi sendiri.

Tujuan itu penting. Tahu mau ke mana itu adalah sebuah esensi yang perlu kita sadari dalam kehidupan sehari-hari. Bayangkan lo nyetir mobil tapi enggak tahu mau ke mana? Yang ada lo cuma muter-muter enggak jelas dan bikin jalanan kota Jakarta jadi makin macet. Bahkan ketika lo buka Google Maps sekalipun, hal yang perlu lo input pertama kali adalah lo lagi di mana, dan mau ke mana. Itu PENTING! Karena tanpa arah, Google Maps yang paling pintar sekalipun enggak akan bisa mengarahkan langkah lo. Sama dengan kehidupan. Tanpa arah, lo hanya akan berputar-putar tanpa tujuan, sehingga jadi sukses rasanya mustahil. Bukan karena kesuksesan itu adalah sebuah barang langka. Tapi karena lo mengambil jalan yang salah terus-menerus.

You Need To Know What Success Is To You

Kayak yang gue bahas di awal. Kesuksesan buat tiap orang itu berbeda. Ada seorang petani yang asal sawahnya sukses panen sudah merasa sukses. Gak peduli kalau dia enggak punya mobil dan tinggal di kota kecil. Ada seorang anak millenial yang merasa harus kerja di perusahaan start up supaya sukses. Meskipun harus nge-kost di Jakarta pun enggak apa-apa asal bisa belajar dari pengalaman di sana. Ada seorang wanita yang asal keluarganya bisa hidup dengan layak dan pulang teng-go biar bisa main sama anaknya sudah merasa sukses. Gaji gak terlalu besar pun enggak apa-apa.

Setiap orang punya kehidupannya masing-masing. Lifestyle yang berbeda. Dan standard yang berbeda. Jadi, mereka pun pasti punya parameter kesuksesan yang berbeda-beda. Parameter kesuksesan lo harus sesuai dengan pola kehidupan lo. Apa yang lo anggap sukses harus sejalan dengan bagaimana kehidupan lo sehari-hari. Misalnya, kalau lo adalah seorang ibu rumah tangga yang enggak berbisnis dan bekerja sama sekali, enggak mungkin kan lo menganggap diri lo sukses ketika lo jadi seorang CEO? Karena track-nya berbeda. Enggak mungkin sejalan. Dan enggak mungkin kesampaian.

Dan artinya, enggak mungkin juga lo menggunakan parameter kesuksesan orang lain buat kehidupan lo. Misalnya, anggap lah ada seorang bernama Budi yang punya seorang teman yang sukses membangun bisnisnya dan naik mobil sedan mewah. Budi pengen jadi kayak dia. Budi menjadikan dia sebagai parameter kesuksesannya. Sementara, Budi adalah seorang karyawan menengah yang punya seorang istri dan dua orang anak. Menurut gue, Budi salah menggunakan parameter kesuksesannya. Karena yang jadi prioritasnya saat ini seharusnya keluarganya, bukan sebuah mobil mewah untuk mengadu ego dengan temannya. Cukup masuk akal kan?

Your Success Parameter MUST BE IN Your Control

Kita enggak pernah bisa mengendalikan apapun selain diri kita sendiri. Jadi, kalau lo pengen jadi sukses, buatlah parameter kesuksesan yang ada di dalam kendali lo sendiri. Contoh nih.

Dito adalah seseorang yang romantis. Dia memuja pacarnya setinggi langit. Buat Dito, kebahagiannya adalah kebahagiaan sang kekasih. Apapun akan dia lakukan untuk membahagiakan sang pacar. Bumi dan langit pun akan dia pindahkan demi sang pujaan hati. Dan dia bertekad untuk jadi seorang pria sukses yang bisa membanggakan hati sang calon istri.

This is a major problem. Kenapa? Karena buat Dito, dia akan sukses ketika sang pacar bangga akan apa yang dia capai. Jadi kendalinya ada di tangan siapa? Di tangan sang pacar, bukan Dito.

Anggap lah pacar Dito adalah seorang wanita sederhana yang baik hati dan enggak banyak menuntut. Mungkin mudah untuk membuatnya puas dengan segala pencapaian Dito yang rata-rata aja. Tapi kalau pacar Dito adalah seorang wanita yang menuntut banyak, bahkan segala hal yang di luar kemampuan Dito, bisa-bisa Dito berakhir depresi karena sang pacar kabur setelah menyadari bahwa Dito enggak akan pernah bisa jadi seperti yang dia inginkan. Dan Dito selamanya akan mengecap dirinya orang gagal karena enggak bisa memenangkan hati sang kekasih meskipun dia sudah berusaha sekeras-kerasnya.

Coba kita ubah ceritanya jadi begini. Dito adalah orang biasa yang enggak punya banyak prestasi. Tapi dia bertekad untuk jadi lebih baik setiap harinya. Dalam tahun ini, dia mau bekerja dengan sebaik-baiknya supaya dilirik oleh manager-nya dan mendapatkan promosi. Dalam lima tahun ke depan dia akan berusaha keras supaya bisa jadi manager yang baik. Dan setelah dia memiliki penghasilan yang cukup, dia akan melamar kekasihnya supaya mereka bisa memulai sebuah keluarga kecil yang bahagia.

Di cerita yang kedua, Dito sama sekali enggak menggantungkan kesuksesannya pada persepsi sang kekasih akan dirinya. Dia sukses ketika dia menjadi lebih baik setiap hari, yaitu dengan mendapatkan promosi, jadi manager suatu hari nanti dan memiliki penghasilan yang cukup untuk memulai sebuah keluarga. Semuanya ada di dalam kendalinya. Dia yang mengendalikan seberapa keras dia harus berusaha untuk menggapai kesuksesannya. Bukan tergantung pada apa yang dilakukan orang lain terhadap dirinya.

Be A Happy Successful Person

Sekali lagi, kesuksesan itu bukan barang langka. Semua orang bisa sukses. Kesuksesan adalah sebuah perasaan puas pada diri sendiri akan apa yang sudah kita raih. Kita mungkin menganggap diri kita sukses, padahal orang lain enggak beranggapan demikian. Who cares?! Kalau lo sudah puas dengan pencapaian lo saat ini, jangan biarkan opini orang lain mengubah kebahagiaan lo sendiri. Jadilah orang sukses yang bahagia, yang enggak butuh pujian orang lain untuk jadi bahagia.

Dan yang terakhir, yang gak kalah pentingnya, jadilah orang sukses yang berdampak positif buat orang lain. Jangan sampai kita menjadi sukses dengan cara yang kotor dan menyakiti orang lain. Enggak ada kebahagiaan yang tersimpan dalam kesuksesan semacam itu. Yang ada hanya perasaan bersalah yang suatu hari akan menuntut bayaran dalam kehidupan kita sendiri. Jadilah orang sukses yang membawa orang lain menuju kesuksesan juga. Jadilah orang sukses yang menginspirasi. Maka kesuksesan itu akan jadi buah yang manis, bukan cuma untuk kita, tapi juga buat semua orang di sekitar kita.

Thanks for reading this! Jangan lupa share pengalaman kalian meraih kesuksesan di kolom komentar ya! Baca juga artikel-artikel inspiratif gue yang lainnya di sini.

Spread love,