The Glory: 4 Cara Menghentikan Bullying
Wah! Akhirnya kita bertemu lagi setelah 1 bulan gue absen nulis blog gara-gara terlalu sibuk ngurusin ulang tahun anak gue. Haha! Apa kabar semuanya? Gue harap kalian semua sehat-sehat meskipun COVID sudah nelorin varian baru lagi yang namanya Kraken. Semoga dalam waktu dekat ini COVID punah seutuhnya ya!
Anyway, hari ini gue mau ngomongin sebuah serial di Netflix yang sudah tayang sejak penghujung tahun lalu yang judulnya The Glory. Serial ini dibintangi oleh Song Hye Kyo, aktris Korea Selatan favorit gue, yang meskipun katanya sudah kelihatan tua tapi buat gue tetap tampil cantik dan elegan.
Serial ini menceritakan tentang kisah pembalasan dendam Moon Dong Eun yang mengalami tindak bullying atau perundungan parah di masa sekolahnya. Menjadi seorang siswi yang miskin di tengah sekolah yang sangat memihak murid-murid lain yang memiliki orang tua berpengaruh, menjadikan Dong Eun korban dari tindak kekerasan dari teman-temannya tanpa ada pembelaan sama sekali dari pihak sekolah maupun kepolisian. Bahkan orang tuanya yang tidak bertanggung jawab pun sama sekali tidak membantunya. Ya ampun! Kasihan sekali ya…
Kalau melihat segala kekerasan yang dilakukan teman-temannya, kita tentu akan geleng-geleng kepala dan bertanya-tanya apa benar tindak bullying di Korea tuh segitu parahnya? Kenyataannya, tindak bullying di sana malah lebih parah loh, friends! Dan semua adegan bullying yang terjadi di serial The Glory ini sebenarnya pernah nyata terjadi di sebuah sekolah menengah di Cheongju pada 2006. OMG!! Ngeri banget ya!
Belajar dari kisah ini, gue pengen banget membagikan cara-cara bagaimana menghentikan bullying supaya kalau ada di antara kamu yang menjadi korban, kamu bisa punya keberanian untuk bangkit melawan pem-bully itu. Gue tahu, gue bukan pakarnya di bidang ini. Tapi ini adalah beberapa saran yang bisa dilakukan untuk memperbaiki keadaan berdasarkan pengalaman gue mengamati hal-hal semacam ini yang pernah gue saksikan sendiri. Semoga berguna ya! Cekidot!
1. Be strong and confident
Pada dasarnya, pem-bully hanyalah seorang manusia terluka yang mencari cara untuk menutupi rasa sakitnya dengan menindas orang lain. Karenanya, mereka sebenarnya bukanlah orang yang kuat. Mungkin mereka terlihat kuat di luar, tapi sebenarnya rapuh dan hancur di dalam. Karena itu mereka biasanya mengincar orang-orang yang kelihatan lemah dan tidak berdaya. Karena sosok yang kuat dan percaya diri itu adalah kutub yang berlawanan bagi mereka. Sehingga biasanya mereka akan takluk dan tidak berani menantangnya.
Bila kamu memiliki karakter yang kuat dan percaya diri tapi mereka masih tetap menargetkanmu, penting bagi kamu untuk enggak jadi kalah dengan kata-kata pedas mereka. Kalau perlu, ubah ejekan mereka menjadi bahan lelucon untuk menunjukkan bahwa kata-kata mereka tidak menyakitimu. Dengan begitu mereka tahu bahwa mereka tidak punya kontrol atas dirimu. Ketika mereka tidak bisa mengontrolmu, berarti mereka lah yang kalah dan mereka tidak akan tertarik lagi untuk menindasmu.
2. Make your own tribe
Ada pepatah yang berkata: Bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh. Belajar dari pepatah tua itu, maka alangkah baiknya jika kamu bisa memiliki kelompok yang bisa mendukung dan melindungimu. Karena ketika banyak orang bersatu, tentu kita akan menjadi lebih kuat.
Maka, bertemanlah dengan orang-orang yang sevisi denganmu. Jalinlah pertemanan yang sehat dan suportif. Buatlah kelompok yang solid dan saling mendukung. Sehingga bila ada salah satu di antara kamu yang menjadi sasaran pem-bully, teman-temanmu yang lain akan dengan sukarela membela dan menolongmu. Don’t be a lone wolf! Kekuatan manusia adalah dari kerjasama kita. Dengan bersatu kita bisa saling melindungi, mendukung, dan jadi lebih kuat sehingga akhirnya tidak lagi menjadi target sasaran dari pem-bully.
3. Berani melapor sampai ada pertanggungjawaban!
Mau satu kali, dua kali, bahkan sampai ratusan kali, jangan bosan untuk terus bersuara dan melaporkan tindakan bullying yang kamu alami. Bila tidak mempan melapor pada satu orang, laporkan pada orang yang lain. Carilah otoritas yang lebih tinggi dan ceritakan kasusnya dengan gamblang.
Jangan tutup-tutupi apapun dengan alasan kamu merasa malu bila orang tahu kebenarannya. Justru kebenaran itu yang akan membantu menindak tegas para pelaku bullying. Tanpa cerita yang tegas dan lugas dari korban, pelaku tidak akan pernah bisa dituntut pertanggungjawabannya. Dan bila pelaku selalu lolos dari pertanggungjawaban, dia akan semakin berani melakukan tindak kekerasan lainnya. Mereka HARUS TAHU bahwa mereka akan dituntut pertanggungjawaban atas kelakuan mereka yang salah supaya mereka berpikir seribu kali sebelum melakukannya. Jadi, beranikanlah dirimu untuk melaporkan mereka dengan jujur dan apa adanya. Ya, pasti tidak akan mudah. Tapi berusahalah semampu yang kamu bisa.
4. Menghilanglah dari orbit mereka
Bila segala hal sudah dilakukan tapi tindakan bully masih terus terjadi, jangan ragu untuk pergi dari lingkungan yang toxic itu! Masuk akal kan. Kalau kamu sudah melakukan segala cara tapi tindakan bullying itu masih terus terjadi, berarti ada yang salah dengan lingkungan tempat kamu berada (– entah itu sekolah, pekerjaan atau apa pun itu ya).
Mungkin kamu akan berpikir bahwa bila kamu yang mundur, artinya kamu yang kalah. TIDAK! Butuh keberanian untuk meninggalkan comfort zone, sekalipun comfort zone itu toxic. Jadi dengan pergi dari sana, bukan artinya kamu adalah seorang pengecut, melainkan seorang pahlawan bagi dirimu sendiri yang berani membawa dirimu pergi mencari tempat lain yang lebih baik. Bela lah dirimu sendiri ya, friends! Karena pada akhirnya, ketika semua orang lain sudah sibuk dan lelah dengan kehidupan mereka masing-masing, hanya kamu yang bisa melakukannya untuk dirimu sendiri.
Bonus Point: Don’t Seek Revenge!
Separah apapun tindak kekerasan yang pernah kamu alami, jangan habiskan hidupmu untuk membalas dendam seperti yang Dong Eun lakukan. Gue tetap percaya bahwa luka itu bisa diobati dengan permintaan maaf. Tapi kadang, demi menuntut permintaan maaf, atau pembalasan rasa sakit apapun, usaha yang dikeluarkan harus jauh lebih besar daripada usaha untuk melepaskan rasa sakit itu.
Dendam itu seperti menggenggam bara panas. Tangan kita lah yang menggenggamnya. Jadi daripada susah payah meminta orang lain untuk membuka kepalan tangan kita yang menggenggam bara itu, bukankah lebih mudah jika kita sendiri yang membukanya?! Ya, pasti sangat sulit rasanya! Gue tahu dan paham banget. Tapi tetaplah berusaha. Waktu akan memberi kita kekuatan untuk mampu melakukannya: memaafkan tanpa perlu mendengar permintaan maaf. Sehingga kita bisa membebaskan diri kita sendiri dari ikatan kebencian yang merusak itu. Dan melangkah maju untuk menghidupi sisa hidup kita dengan lebih bermakna.
Thanks for reading this! Kalau kamu suka sama artikel ini, jangan lupa untuk share ke teman-teman kamu ya!
Leave your comment below. Dan follow juga Instagram @just.hilda untuk selalu dapat update terbaru dari blog Just Hilda. Jangan lupa share artikel ini ke teman-teman kamu juga ya!
Spread love,