Tully

Dunia menggambarkan bahwa seorang wanita pasti bahagia ketika dia bisa menjadi seorang ibu. Mereka bilang itu pasti. Sangat pasti sepasti hukum gravitasi. Sehingga ketika seseorang tidak merasakan hal itu, pasti ada yang salah dengan dirinya. Pasti ada sesuatu yang rusak di dalam dirinya. Pasti dia bukan wanita yang sempurna.
Marlo adalah ibu dua orang anak. Dan dia diberkati dengan kehamilan ketiganya. Atau begitulah yang orang-orang pikir.
Menjadi seorang ibu enggak gampang buat Marlo. Anaknya yang kedua, Jonah, mengidap sebuah spektrum autisme sehingga dia sering bermasalah di sekolah. Belum lagi dengan segala tanggung jawabnya mengurus rumah dengan keadaan perut yang semakin membesar. Ditambah suaminya, Drew, yang kurang berpartisipasi dalam membantunya, membuat Marlo semakin kewalahan.
Melihat Marlo yang enggak dalam kondisi prima, adiknya, Craig, memberinya sebuah hadiah yang enggak biasa. Dia mengirimkan seorang night nanny untuk Marlo. Seseorang yang akan membantu seorang ibu baru merawat bayinya di malam hari dan pergi di pagi hari supaya sang ibu bisa beristirahat semalaman. Percaya deh! I’ve been there! Kalau aja di Indonesia ada jasa semacam ini, gue mau banget sewa selama bulan-bulan awal kelahiran Kayla. Lol!
Anyway… Awalnya Marlo ragu-ragu untuk menggunakan jasa nanny ini. Namun setelah menyadari betapa berantakannya dirinya, dia memutuskan untuk menerima nanny ini di dalam rumahnya. Dan begitulah Marlo bertemu dengan Tully.
Dibintangi oleh Charlize Theron, film ini benar-benar menyentuh. Dengan aktingnya yang luar biasa, Charlize mampu menggambarkan kondisi Marlo yang benar-benar kacau dan bagaimana Marlo berusaha untuk menjadi lebih baik demi keluarganya. Mackenzie Davis yang memerankan Tully pun memberikan sentuhan yang energik dan beda untuk sebuah film drama. Bikin gue pengen banget bisa nemuin nanny yang sekeren dan setelaten itu di dunia nyata. Sayangnya ya enggak ada. Haha!
[pw_box color=”red” float=”center” text_align=”left” width=””]Nah sekarang saatnya ngebahas plot film ini. Buat kalian yang gak mau spoiler, tolong jangan baca bagian ini. You’ve been warned![/pw_box]
[pw_toggle title=”Let’s Talk About Tully” state=”closed”]
[pw_box color=”green” float=”center” text_align=”left” width=””]Kalian yang baca bagian ini sudah nonton film-nya sampai akhir kan? Bener kan? Don’t let me spoil you because the ending is so good! You’ve been warned! If you’re sure, please continue.[/pw_box]
Here we go!
So now you know that Tully is actually Marlo and Marlo is actually Tully. Whaaattt??!!
Yeah, right! It’s like a whole new level of crazy.
But hey, honestly, it is possible to be like that. To be such a very different person after pregnancy.
Gue sudah mengalami kehamilan satu kali. Dan dengan segala drama di akhir kehamilan gue, tentu saja itu mengubah diri gue. Seorang wanita enggak akan pernah sama setelah melahirkan. Baik secara fisik maupun mental.
Yang sering orang-orang dengungkan adalah betapa bahagianya memiliki seorang anak. Betapa besar anugerah yang kita terima setelah menggendong si kecil di pelukan kita. Ya! Gue setuju banget tentang hal ini.
Tapi yang gak dibicarakan orang, bahkan dianggap tabu oleh banyak orang, adalah betapa beratnya kehamilan itu sebenarnya. Betapa menguras energinya, menguras emosinya (– dengan segala perubahan hormon yang drastis itu) dan menguras kantongnya kehamilan itu. Haha…
Film ini membawa tema yang sensitif dengan cara yang sangat smooth. Film ini enggak menyudutkan siapa pun. Enggak menunjuk siapa yang salah dan menjadi tertuduh. Tetapi menjabarkan sebuah ide dengan cara yang mudah diterima oleh siapa pun yang menontonnya. Bahkan mereka yang belum pernah mengalami kehamilan sekalipun.
“Tully” ingin menegaskan kepada kita betapa pentingnya support system bagi seorang ibu baru. Betapa melelahkannya mengasuh seorang bayi yang baru lahir dan betapa butuhnya seorang ibu untuk dibantu bahkan sekecil apapun.
Dan bahkan sekuat apapun seorang ibu kelihatannya, dia mungkin masih menyembunyikan luka dan kepedihan yang rumit di dalam hatinya. Tapi semuanya itu dia sembunyikan demi kelangsungan hidup keluarganya. Demi keutuhan rumah tangganya. Demi orang-orang yang dicintainya.
Menjadi seorang wanita itu complicated. Dengan sekian banyak peran dan tugas yang harus dijalankan. Maka hargailah wanita yang ada di dalam kehidupanmu. Siapapun itu. Ibu, istri, kakak, adik. Keep in mind that being a woman is being vulnerable and strong at the same time. It is complicated! And it is not easy.
[/pw_toggle]
All in all, this movie is a must watched movie!
It is beautiful. It is sweet. It is sad at the same time.
Film ini sangat gue rekomendasikan terutama buat kalian yang udah berkeluarga. Terutama lagi buat yang mau atau sudah punya anak. Setelah nonton film ini, kalian akan belajar banyak hal baru yang mungkin enggak pernah kalian tahu sebelumnya.
So, happy watching!
Score: ❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️/10
PS: Please let me know what you think about the movie after watching it in comment section below.
Spread love,
hiLda