When Life Gives You Tangerine

Ini serial drama Korea terbaik menurut gue dan makna hidupnya dalam banget! Sangat, sangat gue rekomendasikan buat ditonton. Bahkan anak gue aja akan gue suruh nonton nanti kalau sudah remaja dan lebih paham. Hahaha!
Dibintangi oleh IU dan Park Bo Geum, gak nyangka dua aktor ini bakal punya chemistry yang dalam banget sejak episode pertamanya. Bahkan Moon So Ri dan Park Hae Joon yang memerankan karakter versi tuanya juga benar-benar lengket. Buat gue sih surprising banget! Mengingat setiap karakter yang dimainkan Park Hae Joon belakangan ini tuh luar biasa ngeselinnya: mulai dari jadi suami tukang selingkuh Lee Tae Oh di World of the Married, sampai jadi cowok brengsek tukang pukul yang menghuni lantai 6 di The 8th Show.
Anyway, tanpa berpanjang lebar, mari kita dive in ke pelajaran-pelajaran kehidupan yang keren banget yang bisa kita petik dari serial When Life Gives You Tangerine.
1. Ketika hidupmu tidak berjalan seperti maumu, jangan menyerah, teruslah berjalan

Kehidupan Ae Sun di masa kecil sangat sulit. Ibunya sangat miskin sampai menitipkannya ke keluarga ayahnya. Dia punya mimpi yang besar tapi tidak dapat dia wujudkan karena ibunya pun meninggal terlalu cepat. Masa dewasanya pun tidak mudah, dia terus-menerus harus berjuang untuk menghidupi keluarganya bersama Gwan Sik. Tapi apakah itu membuat Ae Sun menyerah? Tentu saja tidak.
Intinya: Mungkin jalan untuk mencapai yang kamu inginkan itu berliku-liku dan jaraknya sangat jauh. Tapi percayalah, cara untuk menggapai impianmu tidak mesti hanya dengan satu cara saja.
2. Ketika sesuatu yang amat sangat berharga bagimu hendak pergi darimu, kejarlah sampai akhir

Ketika Gwan Sik hendak pergi meninggalkan Jeju, Ae Sun berlari di tengah hujan memanggil-manggil namanya di hadapan orang banyak. Ya, mungkin dia terlambat sadar bahwa Gwan Sik ternyata sangat berarti buatnya. Tapi dia tidak peduli ketika dia mempermalukan dirinya demi mendapatkan Gwan Sik kembali. Dan Gwan Sik pun tidak peduli akan pandangan orang lain ketika akhirnya dia memutuskan untuk menceburkan dirinya ke laut dan berenang sampai ke bibir pantai demi kembali kepada Ae Sun. Gila ya? Iya. Tapi itu semua terbayar dengan kehidupan indah yang mereka miliki bersama setelahnya.
Intinya: Jangan peduli meskipun kamu mungkin terlihat bodoh ketika melakukannya. Karena kesempatan untuk menemukan yang seperti itu lagi mungkin tidak akan datang dua kali.
3. Ketika seorang yang sangat berharga bagimu menghilang selamanya dari dunia ini, menangislah selama yang kamu butuhkan

Dong Myeong, anak ketiga Ae Sun dan Gwan Sik meninggal tiba-tiba karena kecelakaan. Kepergiannya yang mendadak menorehkan luka yang mendalam buat semua anggota keluarganya yang ditinggalkan. Tentu saja terutama bagi Ae Sun dan Gwan Sik sendiri, orang tuanya. Duka mereka tidak menghilang begitu saja setelah masa berduka lewat. Ae Sun dan Gwan Sik masih terus mengingat Dong Myeong bahkan sampai mereka tua. Ae Sun masih terus menyimpan permen di dalam mangkok sampai mereka pindah rumah. Dan Gwan Sik masih terus teringat pada Dong Myeong setiap kali dia melihat anak laki-laki yang seusia dengannya.
Intinya: Jangan tetapkan batasan waktu untuk berduka. Izinkan dirimu mengenang dia yang telah tiada selama yang dibutuhkan.
PS: Kisah yang satu ini bikin gue selalu sedih dan teringat anak kedua gue, Ilena. Dan kami pun masih terus mengenang dia sampai sekarang. Dan gue tidak pernah berniat untuk melupakannya sampai kapan pun juga. Apakah itu artinya gue masih terus terluka dan menyiksa diri gue? Oh tentu tidak dong! Kapan-kapan gue bahas di blog yang lain ya. Atau mungkin di podcast Celoteh Orang Biasa. Hihi!
4. Ketika kamu memberikan segalanya untuk anakmu dan dia tetap tidak menjadi seperti yang kamu inginkan, tetap terima dia

Anak kedua Ae Sun dan Gwan Sik, Eun Myeong, boleh dibilang sangat gagal dalam menjalankan hidupnya. Bertolak belakang dengan kakaknya, Eun Myeong tidak berprestasi di sekolah, bahkan selalu membuat masalah. Yang paling parah, dia menghamili anak orang di luar nikah dan perempuan tersebut adalah anak dari “musuh bebuyutan”-nya Gwan Sik. Aduh! Kacau banget ya! Tapi lihatlah apa yang Ae Sun dan Gwan Sik lakukan. Mereka tidak membuang Eun Myeong. Mereka menerima Eun Myeong dan istrinya di rumah mereka bahkan ketika istrinya dibuang oleh keluarganya sendiri. Bahkan Gwan Sik berbaikan dengan besannya dan menjadi jembatan yang memperbaiki relasi menantunya dengan keluarganya. Dengan kasih sayang mereka, akhirnya Eun Myeong berhasil bangkit dari kegagalannya dan menjadi kepala keluarga yang bertanggung jawab pada akhirnya.
Intinya: Temani dia dalam memperbaiki hidupnya, jangan tinggalkan dia sendirian.
5. Ketika ada orang yang merendahkan anakmu dengan cara yang tidak layak, belalah dia terus sampai akhir

Ketika Geum Myeong direndahkan oleh calon mertuanya, Ae Sun dan Gwan Sik tidak tinggal diam. Tapi mereka pun tidak mengambil alih kuasa Geum Myeong atas hidupnya. Bukan mereka yang memutuskan untuk menolak pernikahan itu, meskipun gue yakin mereka amat sangat ingin memutuskannya sesegera mungkin. Mereka memberikan Geum Myeong kesempatan untuk berpikir dan mengambil keputusan yang sangat besar itu sendiri. Di samping itu, mereka tidak hanya tinggal diam membiarkan Geum Myeong direndahkan. Mereka membelanya dalam setiap kesempatan yang mereka punya, meskipun mereka amat sangat terhina ketika direndahkan sebegitunya oleh calon besannya. Mereka tidak melawan. Tapi mereka mendukung anaknya dengan penuh kasih sayang dan kekuatan (– bukan dengan kelembutan). Mereka tidak membiarkan anaknya diinjak-injak, tapi mereka juga tidak menyabotase hidup anaknya. Sebuah kombinasi yang sulit bukan? Tapi itulah yang seharusnya dilakukan sebagai orang tua.
Intinya: Kamu yang membesarkan dia. Jadi kamu yang tahu seperti apa dia yang sebenarnya. Bukan orang lain.
6. Ketika sudah sampai waktumu menutup mata, pastikanlah kamu sudah menjalani hari-harimu di muka bumi ini dengan cara yang terbaik

Sekeras itu Ae Sun dan Gwan Sik berjuang, enggak berarti hidup mereka lalu berubah menjadi penuh sukacita dan kemenangan. Dalam usia lanjut mereka, ternyata Gwan Sik mengidap kanker yang membuatnya sakit parah. Dan Gwan Sik harus meninggalkan keluarganya terlebih dahulu dengan cara yang sangat menyedihkan. Ini yang gue suka dari serial ini! Karena berbeda dengan cerita pada umumnya yang selalu berakhir dengan kemenangan, kehidupan nyata tidak bisa menjanjikan happy ending buat semua orang. Kenyataannya, kita harus selalu siap kalau tiba-tiba waktu kita sudah habis di muka bumi ini. Satu-satunya hal yang jadi silver lining dari sad ending bagi Gwan Sik ini adalah bagaimana dia telah memperjuangkan segalanya yang terbaik dalam hidupnya. Meskipun hidupnya sulit, dia puas karena telah menjalaninya dengan cinta bersama orang yang sangat berarti baginya, Ae Sun. Maka perpisahan mereka pun, meskipun sedih dan menguras air mata, bukanlah sebuah perpisahan yang sia-sia.
Intinya: Ketika kamu sudah melakukan segala yang terbaik yang bisa dilakukan, maka kamu akan pergi tanpa penyesalan.
Here is for all you’ve been through..

Hidup tidak akan selalu bahagia. Kalau hanya mengejar kebahagiaan, kita hanya akan menjalani setengah hidup saja.
So embrace all of it. Including the bad one.
Thanks for reading this! Kalau kamu suka sama artikel ini, jangan lupa untuk share ke teman-teman kamu ya!
Leave your comment below. Dan follow juga Instagram @just.hilda untuk selalu dapat update terbaru dari blog Just Hilda. Jangan lupa share artikel ini ke teman-teman kamu juga ya!
Spread love,